JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia sangat terdampak dengan mewabahnya virus corona.
Berdasarkan data yang dia dapat dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun. Mulanya, target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan sebesar 5,3 persen.
Namun, setelah ada wabah corona, pertumbuhan ekonomi dalam negeri dibagi menjadi dua skenario. Skenario pertama, yakni dengan kategori berat, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun sampai 2,3 persen.
Lalu, skenario kedua, yaitu sangat berat, pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa menjadi minus.
“Menurut data Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan APBN 2020 target pertumbuhan ekonomi awalnya 5,3 persen, namun skenario berat saat ini pertumuhan diprediksi 2,3 persen. Bahkan, akan turun, akan jauh, sangat berat 0,4 persen minus,” ujar Erick dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Jumat (3/4/2020).
Selain pertumbuhan ekonomi, lanjut Erick, nilai tukar rupiah juga bisa tergerus karena efek corona. Bahkan, dalam skenario sangat berat, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 20.000.
“Nilai tukar (rupiah) melemah menjadi Rp17.500, sangat berat Rp 20.000,” kata Erick.
Tak hanya itu, laju inflasi juga diprediksi akan membengkak. Pada APBN 2020, target inflasi sebesar 3,1 persen.
“Inflasi 3,9 persen (skenario) berat, sangat berat 5,1 persen,” ucap dia.
Dalam APBN 2020 terdapat asumsi makro ekonomi Indonesia pada tahun depan. Pertama, target ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada 2020.
Selanjutnya, tingkat Inflasi sebesar 3,1 persen pada 2020. Sementara itu nilai tukar rupiah rata-rata dipatok Rp 14.400 per dollar AS dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,4 persen
Adapun harga minyak mentah Indonesia rata-rata 63 dollar AS per barel dan lifting minyak rata-rata 755 ribu barel per hari serta lifting gas rata-rata 1.191 ribu barel setara minyak per hari. (*/Kompas)