JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) akan menjalankan dua proyek strategis tahun ini. Proyek ini bertujuan untuk melakukan ekspansi kapasitas di bagian hilir dan menurunkan biaya produksi di bagian hulu.
Proyek pertama adalah Pembangunan Blast Furnace Complex. Pabrik Blast Furnace yang berdiri pada area Blast Furnace Complex PT KS seluas 55 ha ini merupakan proyek yang dilakukan oleh Konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari China dan PT Krakatau Engineering (PTKE). Dengan adanya Blast Furnace Complex, biaya produksi baja akan turun sebesar USD50 per ton.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, pabrik Blast Furnace di PT KS akan menambah fasilitas iron making atau tahap hulu.
“Ini merupakan suatu awal dari rangkaian usaha Perseroan untuk meningkatkan daya saing di sektor hulu, dimana fasilitas Blast Furnace merupakan teknologi berbasis batu bara. Penggunaan batu bara ini juga akan meningkatkan fleksibilitas penggunaan energi serta mengurangi ketergantungan terhadap gas alam yang diproyeksikan terus mengalami kenaikan harga dan keterbatasan,” ujar Silmy di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Dalam Blast Furnace Complex, juga terdapat Sinter Plant yang memiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, Hot Metal Treatment Plant dengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun, Coke Oven Plant dengan kapasitas 555.000 ton per tahun. Sebagai penunjang, terdapat Raw Material Handling (Stockyard) yang mampu menampung 400.000 ton per tahun.
Proyek lainnya adalah penambahan kapasitas baja lembaran panas melalui pembangunan Hot Strip Mill #2 yang sudah mencapai 90,23% terhitung per November 2018. Proyek pemasok baja Hot Rolled Coil dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun ini ditargetkan selesai pada April 2019. Proyek Hot Rolled Coil existing Krakatau Steel bahkan mengalami pencapaian yang sangat baik hingga akhir 2018.
Rekor volume penjualan HRC berhasil dicapai pada bulan Oktober 2018 yang mencapai 127.005 ton, setelah sebelumnya pada bulan Maret sempat mencapai 120.843 ton. Sementara total volume penjualan produk baja Perseroan selama Januari-September 2018 mencapai 1.595.260 ton, atau naik 14,24% Year-on-Year (YoY) dari 1.396.422 ton selama periode yang sama tahun lalu. Kami juga mencatat rekor produksi HRC tertinggi sebesar 189.702 ton pada November 2018.
Soal efisiensi, perseroan pun telah melakukan sejumlah langkah perbaikan kinerja operasional di Hot Strip Mill terkait dengan peningkatan produktivitas pabrik serta penghematan konsumsi energi dan bahan consumables seperti konsumsi gas, listrik, dan work roll dengan total penghematan mencapai Rp593 miliar hingga November 2018. Selama Januari-September 2018, Krakatau Steel memiliki pangsa pasar Hot Rolled Coil sebanyak 40%, sisanya adalah pangsa produsen domestik lain dan impor.
Dari data di atas dapat diartikan bahwa kerugian Krakatau Steel berkurang di kuartal III/2018. Kinerja keuangan, perseroan juga mengalami kenaikan pendapatan netto sebesar 22,71% (YoY), dan laba/rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas produk meningkat sebesar 50,19% (YoY).
Data tersebut menunjukkan bahwa Krakatau Steel telah membaik sehingga dua proyek besar Krakatau Steel tahun ini diyakini mampu memenuhi kebutuhan baja nasional. (*/Sindonews)