Apakah Hegemoni Eropa dan Amerika Latin Berlanjut di Piala Dunia 2018?
FAKTA BANTEN – Sejak pertama kalinya perhelatan Piala Dunia digelar di tahun 1930, kompetisi sepakbola paling bergengsi garapan FIFA ini seolah menjadi ajang tarik tambang antara negara-negara Eropa dan Amerika Selatan.
Adu kuat negara-negara dari UEFA dan CONMEBOL ini juga menjadi indikasi bahwa pusat kekuatan sepakbola memang ada di dua benua tersebut, dan secara spesifik hanya beberapa negara saja seperti Italia, Jerman, Brazil, Argentina yang kerap menjadi juara di even sepakbola yang digelar setiap empat tahun sekali itu. Padahal, olahraga sepakbola sangat populer secara global.
Meski banyak sekali trofi besar nan penting dalam sepakbola, tapi silahkan tanya kepada pemain mana pun, trofi tertinggi yang ada dalam impian mereka sudah pasti adalah trofi Piala Dunia. Namun faktanya, sejauh ini, hanya negara-negara Eropa dan Amerika Selatan saja yang tercatat mampu meraih lambang supremasi sepakbola dunia tersebut.
Dan tidak hanya cuma juaranya, bahkan para runner up turnamen ini juga selalu berasal dari Amerika Selatan atau Eropa. Negara-negara dari konfederasi lain sejauh ini belum bisa banyak mendobrak tradisi atau dominasi Amerika Latin dan Eropa di partai puncak Piala Dunia.
Sepanjang sejarah, hanya Amerika Serikat dan Korea Selatan saja yang bisa menembus semifinal, itupun Korea Selatan meraihnya saat menjadi tuan rumah Piala Dunia, yang hadir sebagai kekuatan tradisional yang sangat sulit dilewati.
Meski Eropa dan Amerika Latin juga punya rivalitas lokal yang sengit antar negara anggota mereka, tapi di Piala Dunia, ceritanya selalu persaingan antara dua konfederasi itu.
Bila menilik tren yang ada, pergeseran kekuatan mulai mengarah ke Benua Biru. Eropa secara pasti menumpuk kekuatan mereka untuk merebut hegemoni di kancah dunia. Bagaimana dengan Piala Dunia kali ini? (*/Ilung)