Kapal China Keruk Pasir Secara Ilegal di Laut China Selatan
JAKARTA – Armada kapal pengeruk diduga berasal dari China terlihat melakukan pengambilan pasir secara tidak sah di Laut China Selatan.
Seperti dilansir Forbes, Rabu (13/5/2020), aktivitas ilegal tersebut tertangkap citra satelit. Dari gambar itu terlihat ratusan kapal keruk mengambil pasir laut dan dipindahkan ke kapal tongkang.
Diduga pasir itu akan digunakan oleh China untuk membangun pulau reklamasi di Laut China Selatan.
Pada 17 April lalu, penjaga pantai Taiwan dilaporkan mengusir sekitar 40 kapal keruk dari kawasan utara Laut China Selatan. Namun, pada 3 Mei lalu kapal-kapal tersebut kembali dan mengeruk pasir.
Kapal tersebut mempunyai alat yang bisa menyedot pasir. Masing-masing kapal bisa mengangkut ratusan ton pasir dan melakukan pelayaran secara berkala.
Menurut Presiden Masyarakat Peduli Alam dan Margasatwa, Jeng Ming-shiou, diperkirakan kapal-kapal China tersebut bisa menyedot 100 ribu ton pasir dalam sehari.
Jeng mengatakan kegiatan tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun. Diduga pasir itu dibawa ke pelabuhan Qiwei di Provinsi Fujian, dan diperkirakan digunakan salah satunya untuk proyek reklamasi perluasan bandara Hong Kong.
Kapal keruk itu juga beroperasi di Filipina, tetapi kali ini kegiatan mereka mendapat izin. Meski begitu, beberapa pihak di Filipina menyoroti dugaan kapal tersebut juga menyedot pasir hitam.
Di Filipina, pasir hitam yang mengandung Magnetite, yakni tipe besi yang nilainya tinggi. Bahan itu biasanya dipakai untuk campuran beton dan olahan besi.
Pengerukan tersebut dikhawatirkan berdampak negatif, yakni mempengaruhi ekosistem laut dan bisa memicu erosi.
Kapal-kapal keruk China juga diduga menghancurkan dan mengambil kapal-kapal perang yang tenggelam dalam Perang Dunia II di Asia Tenggara.
Yang menjadi korbannya dilaporkan adalah puing-puing kapal perang Kerajaan Inggris, HMS Prince of Wales, serta kapal selam dan kapal penjelajah Amerika Serikat, USS Perch dan USS Houston, yang tenggelam dalam peperangan di Selat Sunda pada 1942 melawan armada Jepang. Dilaporkan ada 650 pelaut dan marinir Negeri Paman Sam yang gugur saat itu. (*/CNN)