Pemerintahan Baru Malaysia Langsung Renegosiasi Proyek Investasi China
FAKTA BANTEN – Malaysia akan melakukan negosiasi kembali atas proyek-proyek besar yang pernah diteken negara itu dengan China pada era pemerintahan Najib Razak. Hal tersebut dilakukan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dalam rangka mengurangi utang negara yang disebut membengkak.
Proyek raksasa yang akan direnegosiasi antara lain proyek kereta lintas negara bernilai US$14 miliar dengan China. Diprediksi bahwa penundaan proyek itu akan bisa mengurangi utang membengkak Malaysia yang menyentuh angka hingga US$50 miliar.
Dikutip dari laman Reuters, Politikus yang kini berusia 92 tahun tersebut mengingatkan bahwa yang menjadi prioritasnya adalah memotong utang negara Malaysia termasuk meninjau ulang proyek kereta East Coast (ECRL) yang dilakukan dengan kontrak infrastruktur Beijing Belt and Road yang dimulai tahun lalu.
Proyek ini akan dibangun di jalur sepanjang 688 Kilometer atau 430 mil yang menghubungkan Laut China Selatan dengan perbatasan Thailand yang juga terkoneksi dengan pelabuhan dalam rute pelayaran Selat Malaka di bagian baratnya.
“Kami akan renegosiasi proyek-proyek tersebut karena proyek-proyek tersebut memukul ekonomi kami,” kata Mahathir.
Mega proyek ini dibangun oleh China Communications Constructions Co Ltd yang dibiayai melalui pinjaman dari Bank Exim China. Mahathir lantas menyampaikan pernyataan mendasar, sebenarnya seberapa penting proyek ini bagi kemaslahatan warga Malaysia.
“Dia (Najib) selayaknya tahu betul apa itu ECRL. Hal ini bukan sesuatu yang kami sanggup biayai dan pasti ada kepentingan lainnya. Kami tak akan mendapatkan untung dari ini,” lanjut Mahathir.
Malaysia kata dia juga akan meninjau ulang biaya pembangunan jalur kereta cepat Malaysia dan Singapura (HSR). Proyek yang berbiaya hingga US$17 miliar ini ditargetkan bisa rampung pada 2026.
“Kontraknya menerakan bahwa jika kami membatalkan maka harus membayar ganti rugi yang besar untuk HRS. Oleh karena itu kami akan cari cara,” kata dia. (*/Viva.co.id)