Abuya Ibrohim Ulama Sekaligus Umaro di Cilangkahan Banten Selatan

KPU Cilegon Coblos

 

LEBAK – Abuya Ibrohim lahir dari pasangan H Ahmad dan Hj Alsah pada tahun 1890 di Kampumg Lebak Jati, Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Banten, yang saat ini telah menjadi pemakaman dan situs bersejarah.

Abuya Ibrohim kecil dididik ayahnya baca tulis Arab serta dasar agama Islam di Kampung kelahirannya, keseharian Abuya selain mengaji ke ayahnya beliau sering mengembala kerbau.

Pada usia 12 tahun Abuya melanjutkan belajar agamanya di Desa Pagelaran, Kecamatan Malingping di Ponpes Abuya Dulkarim, setelah tiga tahun belajar ilmu agama, Abuya Ibrohim dinilai memiliki potensi besar, oleh gurunya. Sehingga gurunya menikahkan Abuya dengan putrinya yang bernama Rukoyah Binti Abuya Dulkarim, pada usia 15 tahun.

Karena dinilai pasangan Abuya Ibrohim dan Hj Rukoyah dibilang masih muda, maka gurunya Abuya Dulkarim yang telah menjadi mertuanya itu, memerintahkan Abuya Ibrohim untuk melanjutkan pendidikan agamanya ke beberapa ulama lainnya,
diantaranya yaitu : Abuya Sobirin Cirnde Rangkas Bitung, Abuya Hasan Kebagusan, Abuya Abdul Halim Kadu peusing pandeglang dan KH TB Ahmad Khotib Banten.

Di usia 25 tahun Abuya dipanggil pulang oleh mertuanya untuk melaksanakan ibadah Haji sekaligus memperdalam ilmu agamanya ditanah suci Mekah bersama istrinya, selama 7 tahun beliau berguru di tanah suci Mekah yaitu kepada Abuya Jasir dan Syekh Abdul Azis.

Sepulang dari tanah suci sekitar tahun 1945-1950 beliau ditunjuk menjadi Wadana Cilangkahan Pertama oleh salah satu gurunya yaitu KH TB Ahmad Khotib yang pada saat itu menjadi Residen Banten.

Pasca agresi Belanda kedua Abuya mengajukan permohonan pengunduran diri dari jabatannya kepada atasannya sekaligus gurunya yaitu Abuya Hasan Kebagusan yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Lebak untuk diteruskan kepada KH TB Ahmad Khotib Residen Banten, dengan alasan keamanan negara sudah berangsur pulih, beliau juga ingin fokus mengajar santrinya dan ingin kembali bersama masyarakat di Kp Pagelaran.

Dalam pengunduran dirinya Abuya Ibrohim juga memohon agar semua data dirinya ketika menjabat sebagai wedana dihapuskan dalam bentuk apapun. Sehingga perjalanan hidup beliau hanya didapat dari saksi hidup secara turun temurun baik keluarga atau orang-orang yang mengalami pada masanya.

Setelah berhenti menjadi wedana abuya fokus mengajar santrinya dan mengisi beberapa pengajian di daerah Malingping, khususnya majlis ta’lim yang beliau dirikan bersama masyarakat Kp. Pagelaran, yaitu majlis ta’lim Mathla’ul Hidayah Pagelaran.

Beliau wafat pada tahun 1990 di Kp Pagelaran dan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di area Pesantren Maulana Yusuf Pagelaran Kecamatan Malingping. ***

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien