Bawa Pasien Terhambat Truk Pengangkut Tanah di Lebak, Begini Cerita Supir Ambulance
LEBAK – Seorang pasien meninggal dunia saat hendak dibawa mobil ambulance dari RS Adjidarmo menuju kediamannya di Desa Cilangkap, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak lantaran terhalang deretan mobil truk pengangkut tanah yang parkir di sepanjang Jalan Raya Maja Koleang, Desa Sanghiyang, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak pada Jumat (12/11/2021) malam.
Sang supir ambulance, Muhammad Nurali (28) menceritakan kronologis kejadian tersebut. Saat itu, dirinya diminta untuk menjemput pasien dari Rumah Sakit Adjidarmo, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak yang hendak dibawa pulang lantaran pihak keluarga memilih merawat pasien di rumahnya.
“Itu pas malam Sabtu, sekitar jam 7-an lah (malam). Saya ngejemput pasien dari Rumah Sakit Adjidarmo, karena mungkin keluarga udah pasrah dengan keadaan pasien, jadi mau dibawa pulang saja,” kata Nurali bercerita, Minggu, (14/11/2021).
Sebelum membawa pasien tersebut, Nurali sempat diminta oleh pihak RS Adjidarmo untuk menyediakan tabung oksigen 25 liter untuk membantu pasien tetap bernafas selama perjalanan hingga sampai ke kediamannya.
Namun, ketersediaan tabung oksigen yang ada di ambulance terbilang kecil dan hanya cukup untuk 20 menit membuat Nurali pun berinisiatif untuk mampir ke Puskesmas Maja guna mengganti tabung oksigen si pasien.
Bahkan, hal itu sempat Nurali koordinasikan dengan pihak RS Adjidarmo dan pihak keluarga pasien terlebih dahulu. Sampai kedua belah pihak pun menyetujui apa yang disarankan olehnya saat itu.
“Perawat rumah sakit nanya ke saya ada oksigen gak di ambulance? Kata saya ada. Terus katanya harus 25 liter pemakaiannya, duh tabung di ambulance kan kecil. Tapi saya tanya kalau 20 menit cukup gak? Kata perawat cukup. Itu maksudnya biar sampai ke Puskesmas Maja, nanti di sana ganti tabung oksigen lagi. Karena jarak dari RS Adjidarmo ke Puskesmas Maja itu sekitar 20 menit,” ujarnya.
“Di ambulance itu saya pakai alat siturasi, di perjalanan saya tanya ke yang belakang gimana kondisinya naik gak? Kata yang belakang masih naik. Yaudah saya kebut lagi, karena oksigen sudah mulai menipis, saya ngejar ke Puskesmas dulu untuk ngambil oksigen. Pihak Puskesmas udah saya telpon untuk nyiapin oksien,” imbuhnya menerangkan situasi dalam ambulance saat itu.
Namun, setibanya di jalanan yang agak menikung tepatnya di Jalan Raya Maja Koleang atau di Desa Sanghiyang, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, terparkir sejumlah kendaraan truk pengangkut tanah yang memakan sebagian badan jalan.
Karena kondisi jalan yang berbelok, membuat pandangan pengendara pun tak leluasa. Nurali yang coba melewati deretan mobil truk pengangkut tanah tersebut justru harus kembali terhalang oleh kendaraan truk pengangkut bambu yang datang dari arah berlawanan. Sehingga membuat mobil ambulance yang sedang membawa pasien urgensi harus terjebak dalam situasi tersebut.
“Pas mau lewatin, sudah sampai tengah-tengah deretan truk pengangkut tanah yang parkir ada sekitar 7 mobil, ternyata ada mobil bawa bambu juga dari arah berlawanan. Kondisi jalan agak berbelok, dan hujan juga saat itu, kiri kananya jalan itu hutan, bukan tanah lapang, jadi kagok buat menepi,” kata Nurali.
“Saya gak bisa marah ke mobil yang bawa bambu, karena suruh mundur juga percuma, dibelakangnya udah banyak mobil. Bahaya kalau suruh mundur, itu kan bawa bambu panjang. Begitu juga saya, mau mundur udah banyak mobil di belakang ambulance juga,” lanjutnya.
Lebih dari 15 menit ambulance yang dikendarai Nurali terjebak. Pasalnya, ia harus mencari para supir truk pengangkut tanah untuk memajukan kendaraannya dan mencari lokasi parkir yang tidak terlalu mengganggu ke pengguna jalan lainnya.
“Yang bikin kesal, itu para supir truk (pengangkut tanah) yang lagi pada berhenti gak pada keluar denger suara ambulance. Terus dicari itu para supirnya, dan disuruh mindahin mobilnya. Cukup lama terhambat, udah nyari supirnya dulu, belum manasin mobilnya dulu, karena kan mobil gede gitu harus dipanasin dulu gak bisa langsung jalan,” kata Nurali kesal.
Jarak yang seharusnya ditempuh dari RS Adijadarmo ke Puskesmas Maja selama 20 menit akhirnya menjadi 40 menit lantaran terhambat insiden tersebut. Hal itu pun yang membuat pihak keluarga pasien mengurungkan niatnya mampir ke Puskesmas Maja untuk menambah tabung oksigen, dan memilih langsung membawa pasien menuju kediamannya di Desa Cilangkap, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak.
“Keluarga pasien udah pada nangis, terus akhirnya minta saya untuk terus lanjut ke rumahnya. Padahal udah deket (Puskesmas Maja). Tadinya mau mampir ke Puskesmas Maja pun gak jadi, langsung kita bablas aja. Mungkin keluarga udah pasrah,” tuturnya.
Ibarat pepatah, mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Si pasien pun harus menghembuskan nafas terakhirnya setiba di kediamannya di Desa Cilangkap, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak sekitar pukul 22.00 WIB lantaran kehabisan oksigen sebagai alat bantu pernafasannya.
“Bukan saya mau melangkahi takdir ya, tapi mungkin menurut saya kalau gak sempet terhambat itu pasien masih bisa dibantu sama oksigen, ya mungkin masih ada (hidup) sampai sekarang juga,” ucapnya.
Atas kejadian tersebut, Nurali pun meminta kepada masyarakat pengguna jalan agar lebih sadar untuk memprioritaskan mobil ambulance yang sedang membawa pasien. Termasuk meminta kepada Pemerintah Kabupaten Lebak untuk bisa memberikan solusi terhadap truk-truk besar yang kerap parkir sembarangan yang marak di wilayah Kabupaten Lebak.
“Prioritaskan ambulance yang sedang urgent bawa pasien, kalau denger sirine ambulance gak minggir dulu lah bentar, gak sampai 5 menit juga kan. Apalagi itu, truk pengangkut tanah, kalau belum jam operasi ya jangan dulu beroperasi lah,” tandasnya. (*/YS)