Dilema Tegas Mendidik Murid Karena Beresiko Hukum, Begini Kata Guru di Lebak
LEBAK – Pendidikan di Indonesia kini menghadapi tantangan baru dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul.
Belakangan ini, viral di media sosial content video bahwa sejumlah guru menunjukan merasa takut mengambil tindakan terhadap murid yang berkelakuan nakal di sekolah, khawatir jika langkah mereka justru berujung pada masalah hukum.
Ilustrasi kasus seperti murid yang tidur saat pelajaran, bercanda berlebihan, berisik di kelas, bolos sekolah, atau kelakuan lain yang mengganggu pelajaran di sekolah, membuat beberapa guru memilih untuk tidak menegur atau menindak murid tersebut. Salah satu alasannya adalah ketakutan terhadap konsekuensi hukum yang bisa timbul, bahkan dari tindakan sepele.
Rijaludin S.Pd, seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari sekolah SDN 2 Tambakbayan Kabupaten Lebak, mengungkapkan pandangannya terkait situasi ini.
Pria yang akrab disapa Bah Rijal ini merasa bahwa guru bisa mendapatkan diskriminasi dalam menjalankan tugasnya.
“Bagi abah, ini bisa menjadi bagian dari diskriminasi terhadap profesi pendidik. Guru diatur oleh berbagai aturan dari A sampai Z, namun aturan yang dibuat oleh para pejabat negeri ini belum sepenuhnya sesuai dengan kondisi di lapangan,” ujar Bah Rijal saat ditemui pada Sabtu (2/11/2024).
Ia menjelaskan bahwa mendidik murid harus memperhatikan dua faktor penting, yaitu pengaruh orang tua dan guru.
“Yang benar-benar tahu karakter anak adalah dua pihak, orang tua kandungnya dan gurunya,” jelas Bah Rijal.
Menanggapi isu yang sedang hangat ini, Bah Rijal mengaku tidak setuju jika guru harus terbatas dalam mendidik murid hanya karena rasa takut.
Menurutnya, hal itu akan berdampak pada pembentukan karakter pada murid.
“Saya dan rekan-rekan di dunia pendidikan tidak sepakat dengan situasi itu membuat guru serba terbatas, hanya karena persoalan HAM, dan lainnya. Sesungguhnya seorang guru menegur atau membentak semata-mata agar mental anak menjadi kuat dan berani bertanggung jawab. Ketika guru dibatasi dalam mendisiplinkan murid, bagaimana mungkin karakter generasi penerus bangsa ini bisa terbentuk?” ungkap Rijal yang merupakan guru honorer yang dikenal gigih dan berdedikasi pada pendidikan.
Ia juga berpesan kepada orang tua agar memberikan kepercayaan penuh kepada guru dalam mendidik anak-anak mereka, sembari mendorong para guru dimanapun berada untuk selalu memperlakukan murid dengan baik.
“Walaupun di Provinsi Banten umumnya dan di Kabupaten Lebak sendiri belum ada yang seperti demikian, sesungguhnya tidak ada guru yang menegur karena benci, kami melakukannya karena peduli, demi kebaikan mereka. Ini adalah tantangan bagi kami sebagai pendidik untuk mencetak generasi yang berkualitas,” pungkasnya.(*/Nandi)