GMLS dan Mahasiswa UMN Gelar Workshop Nyegah Bala Laut di Lebak Selatan
LEBAK – Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) bekerjasama dengan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melalui MBKM Humanity Project Angkatan ke-5, Francesca Thalia Satiadhi dan Fuji Mentari Endiany, menyelenggarakan workshop desain kaos bertema “Nyegah Bala Laut” di wilayah pesisir Lebak Selatan, khususnya Desa Situregen, Cimandiri Laut, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten.
Acara ini menggabungkan edukasi mitigasi bencana dengan pendekatan kreatif melalui desain kaos, mitigasi bencana dengan sentuhan kreatif.
Melalui workshop ini, peserta tidak hanya belajar teknik desain, akan tetapi juga mendalami materi tentang kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami.
Desain yang dihasilkan kemudian menjadi media komunikasi visual yang efektif, menyebarluaskan pesan kesiapsiagaan ke masyarakat lebih luas.
Abah Lala, Ketua Gugus Mitigasi Lebak
Selatan (GMLS) mengatakan, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesiapsiagaan tsunami, namun juga memberikan peluang ekonomi baru bagi pemuda melalui produksi kaos mitigasi.
“Kaos hasil workshop dapat menjadi pengingat visual kolektif masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana, sekaligus membuka pintu bagi pemuda untuk berwirausaha di bidang kreatif,” katanya kepada faktabanten.co.id, Minggu, (17/11/2024)
Selanjutnya, peran pemuda dalam membangun ketangguhan, komunitas pemuda Desa Situregen, Karang Taruna dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), adalah yang menjadi motor penggerak utama dalam program ini.
“Partisipasi aktif mereka diapresiasi oleh berbagai pihak, termasuk oleh Ketua Desa Tangguh Bencana (DESTANA),” ujarnya.
Selain itu, pemuda tidak hanya belajar desain, tetapi agar dapat memahami konsep mitigasi bencana seperti gempa bumi dan tsunami.
“Mereka kini menjadi penyampai informasi yang efektif di komunitas,” terangnya.
Tidak hanya itu, edukasi ini berkelanjutan sebagai bagian dari rangkaian program, GMLS dan mahasiswa UMN juga menghasilkan sebuah film dokumenter yang menggambarkan peran vital Karang Taruna dalam memperkuat kesiapsiagaan komunitas.
Dokumenter ini menjadi media edukasi yang menyoroti bagaimana organisasi kepemudaan dapat mendorong solidaritas, meningkatkan kapasitas masyarakat, dan mempersiapkan mereka menghadapi ancaman bencana.
“Pentingnya keterlibatan elemen pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan sektor usaha) dalam mitigasi bencana, program ini menunjukan bagaimana komunitas, terutama pemuda, dapat menjadi agen perubahan untuk membangun ketangguhan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Deni Apriatna Ketua Desa
Tangguh Bencana (DESTANA), berharap kegiatan seperti ini untuk terus dilanjutkan di masa depan dikarenakan pemuda adalah ujung tombak kesiapsiagaan.
Melalui edukasi ini pemuda dapat menjadi penggerak utama dalam menghadapi tantangan bencana di masa depan.
“Program “Nyegah Bala Laut” menjadi bukti bahwa pendekatan kreatif, kolaborasi multi-pihak, dan pemberdayaan pemuda adalah kunci untuk membangun masyarakat
pesisir yang lebih tangguh dan siap menghadapi ancaman bencana,” pungkasnya. (*/Riel).