LEBAK– Meski kalender menunjukkan musim libur panjang, namun peruntungan industri perhotelan di Kabupaten Lebak justru sedang tidak bersinar.
Selama Ramadan hingga libur Idulfitri 2025, tingkat hunian kamar hotel mengalami penurunan cukup mencolok.
Fenomena ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Lebak, Yogas Herdiana, yang menyebutkan bahwa sebagian besar hotel di daerah tersebut mengalami penurunan okupansi secara signifikan.
“Memang kami belum memegang angka pasti, tapi dari komunikasi kami dengan sejumlah pemilik dan pengelola hotel, rata-rata mereka menyampaikan bahwa tamu jauh berkurang selama Ramadan dan lebaran tahun ini,” ujar Yogas, Selasa (8/4/2025).
Penurunan ini cukup mengkhawatirkan, mengingat libur panjang biasanya menjadi momen ramai bagi sektor penginapan. Namun ternyata, pola perilaku wisatawan kini mulai bergeser.
Beralih dari hotel, sektor kuliner justru menunjukkan performa berbeda.
Sejumlah restoran dan rumah makan di Lebak justru ramai diserbu pelanggan, terutama menjelang waktu berbuka dan pada hari-hari puncak liburan.
“Dari pantauan kami, kunjungan ke restoran meningkat, dan banyak kendaraan berpelat luar daerah parkir di sekitar lokasi-lokasi wisata kuliner,” jelas Yogas.
Tren ini menunjukkan bahwa wisatawan lebih memilih mengalokasikan anggaran mereka untuk menikmati pengalaman kuliner lokal, daripada menginap di hotel berbintang.
Salah satu wisatawan, Agus, yang datang dari Tangerang, memilih opsi akomodasi alternatif: menginap di tenda milik warga lokal di kawasan wisata pantai Sawarna.
“Menurut saya lebih hemat, dan pengalaman tidur di tenda itu justru jadi seru, apalagi bisa langsung bangun dengan pemandangan pantai,” katanya.
Melihat tren ini, Yogas berharap pelaku usaha perhotelan bisa menangkap peluang baru dan berinovasi menyesuaikan kebutuhan wisatawan saat ini.
Ia juga mendorong sinergi antara sektor kuliner dan akomodasi demi membangkitkan kembali gairah pariwisata Lebak secara menyeluruh. (*/Sahrul).
