LEBAK – Waktu terus bergulir, namun bagi ratusan warga korban longsor di Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, tak ada yang benar-benar berubah.
Selama lima tahun terakhir, pasca bencana di tahun 2020 lalu kini mereka tetap tinggal di hunian darurat yang hanya bertembok terpal dan beratapkan daun, menunggu janji pemerintah yang tak kunjung ditepati.
Di tengah kerasnya hidup, mereka tak banyak mengeluh. Namun, fakta berbicara bahwa tempat tinggal yang mereka huni jauh dari kata layak, lebih mirip gubuk ketimbang rumah yang bisa disebut sebagai tempat berlindung.
Dulu, ada harapan pemerintah pernah berjanji akan membangunkan rumah baru bagi mereka. Tapi, lima tahun berlalu, janji itu menguap, meninggalkan ratusan jiwa dalam ketidakpastian.
Uyok, salah satu korban longsor, mengungkapkan bahwa sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) masih bertahan di pemukiman sementara di daerah Cigobang.
“Ratusan warga masih tinggal di sini, ada yang hanya beralas terpal, ada yang sedikit lebih beruntung dengan atap asbes,” tutur Uyok, Kamis (3/4/2025) kemarin saat ditemui di kediamannya.
Janji yang pernah disampaikan pemerintah kini terasa seperti omong kosong belaka, warga mungkin hanya bisa berharap akan keajaiban yang datang.
“Dulu katanya akan dibantu, tapi sampai sekarang, buktinya tidak ada,” sambungnya lirih.
Sudah hampir lima tahun warga bertahan di rumah-rumah darurat, menunggu kepastian yang tak kunjung datang.
“Sejak longsor itu, kami tetap tinggal di sini, tanpa ada tindak lanjut dari pemerintah,” imbuhnya.
Yang lebih ironis, tanah tempat mereka mendirikan hunian sementara pun bukan milik mereka. Mereka hidup di atas tanah orang lain, tanpa kejelasan sampai kapan bisa bertahan.
“Tanah ini bukan milik kami. Ini tanah milik pribadi, bukan tanah yang disediakan pemerintah,” tambahnya.(*/Nandi)
