1134 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2018, Ada 3 Tergolong Langka

FAKTA BANTEN – Tahun 2018 akan segera berakhir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa 2018 sebagai tahun yang penuh bencana.
Sepanjang 2018, dari awal tahun hingga 12 Desember, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat telah terjadi 1,134 bencana menerpa Indonesia. Mulai dari gelombang tinggi, banjir, abrasi, gempa bumi, hingga tsunami.
Dari ribuan peristiwa duka itu, BNPB mengkategorikan tiga bencana yang dinilai tak lazim terjadi di Indonesia.
Baru-baru ini, masyarakat dikejutkan dengan ratusan korban akibat terjangan tsunami di Selat Sunda karena aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Selain tsunami Selat Sunda, bencana alam apa saja yang menyita perhatian selama 2018?
Kepala Pusat Informasi Data dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, gempa NTB, gempa dan tsunami ditambah likuifaksi di Sulteng hingga tsunami di Selat Sunda. Menurutnya ketiganya adalah bencana-bencana yang langka terjadi.
“Jadi selama ada 3 kejadian langka, kejadian yang menimbulkan korban jiwa begitu besar yaitu gempa bumi di NTB, gempa bawah laut yang menyebabkan tsunami dan likufaksi di Sulteng dan tsunami di Selat Sunda,” ujar Sutopo di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Senin (31/12/2018).
Sutopo menjelaskan, gempa di NTB memiliki pola guncangan yang jarang terjadi sebelumnya. Gempa muncul secara terus menerus akibat ada pergerakan atau reaksi di sesar Flores.
GEMPA LOMBOK
29 Juli 2018 lalu, Lombok, Nusa Tenggara Barat dilanda gempa dengan kekuatan 6,4 magnitudo. Akibatnya sekitar 400 orang terluka serta banyak bangunan hancur.
Belum genap satu bulan, Lombok kembali dihantam gempa berkekuatan 7 magnitudo. Peringatan gelombang tsunami pun sempat dikeluarkan oleh pihak BMKG.

BNPB menyebut, 564 orang tewas serta setidaknya 1600 luka-luka akibat bencana ini.
GEMPA dan TSUNAMI SULTENG
Lombok belum pulih, Indonesia kembali berduka dengan gempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah 28 September 2018 silam. Selang beberapa waktu, BMKG mengeluarkan peringatan tsunami. Lalu gelombang setinggi enam meter menyapu kota Palu.
Gempa dan Tsunami di Sulteng juga menjadi perhatian karena selain gempa dan tsunami, juga terjadi likuifaksi yang besar. Diduga hal tersebut sebagai kejadian likuifaksi terbesar di dunia.
Fenomena likuifaksi hingga membuat Desa Petobo tenggelam. Sementara itu, 1.700 rumah juga hancur disebabkan fenomena tersebut.
Berdasarkan data dari BNPB, 2.101 orang tewas, 1.373 hilang, dan 206.219 warga sempat mengungsi akibat bencana alam tersebut.
“Kita baru sekali itu baru sekali melihat (likuifaksi) yang besar dan masif. Biasanya hanya terjadi di sesar dan tanah tanah yang retak tapi ini terjadi begitu besar. Dan likuifaksi ini adalah likuifaksi yang terbesar di dunia,” ujar Sutopo.
TSUNAMI SELAT SUNDA
Tsunami yang diakibatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau menyapu kawasan pesisir Banten dan Lampung pada 22 Desember 2018 malam. Awalnya, BMKG menyebut gelombang tinggi itu bukan tsunami. Melainkan air pasang akibat fenomena bulan purnama.
Fenomena tsunami Selat Sunda ini tergolong langka. Bahkan, peneliti dari Jepang juga turun ke lapangan untuk memastikan gejala dan penyebab peristiwa alam tersebut terjadi.
Akibat bencana ini, 437 orang dilaporkan tewas hingga (31/12/2018). Sementara itu, 14.059 korban luka dan 16 korban belum ditemukan. Menurut data BNPB, saat ini masih ada 33.721 pengungsi di seluruh daerah yang terdampak.
“2018 ini bisa saya katakan sebagai tahun bencana. Ditinjau dari jumlah korban dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya,” ujar Sutopo. (*/Kumparan)
