JAKARTA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei mengenai popularitas para tokoh yang berpeluang maju sebagai calon wakil presiden (Cawapres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Salah satu kandidat, yakni Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi (TGB) mendapat tingkat kesukaan publik cukup tinggi, di atas 70 persen.
LSI membagi lima jenis bursa Wapres di Pilpres 2019 nanti. Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan, kelima jenis itu berasal dari latar belakang berbeda. Ada wapres berlatar belakang militer, Islam, partai politik (Parpol), pemimpin atau gubernur provinsi strategis dan berlatar belakang profesional.
Adjie mengungkapkan, dari bursa cawapres berlatar belakang Islam, ada dua nama yang berpeluang dibanding tokoh yang lain. Keduanya adalah Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang memiliki popularitas sebesar 32,4 persen dan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi (TGB), yang popularitasnya mencapai 13,9 persen. Menurut Adjie, berbeda dengan Cak Imin yang mulai aktif melakukan sosialisasi sebagai Cawapres, sementara TGB belum bergerak.
“Sungguh pun tingkat pengenalan Zainul Majdi masih rendah, namun tingkat kesukaan publik yang mengenalnya sangat tinggi, di atas 70 persen,” ujar Adjie di kantor LSI, Jakarta Timur, Jumat (2/2).
Untuk wapres berlatar belakang militer, tiga nama yang paling menonjol adalah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan popularitas sebesar 71,2 persen. Sementara mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo memiliki popularitas 56,5 persen dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dengan popularitas 18,0 persen.
“Meskipun popularitas Moeldoko masih rendah, namun masuknya Moeldoko dalam kabinet Jokowi membuka peluang memainkan langkah gambit,” jelas Adjie.
Dari bursa Cawapres dari latar belakang Parpol, menurut Adjie, ada dua nama yang muncul, yaitu Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan popularitas 25 persen dan Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan yang punya popularitas 16 persen.
“Budi Gunawan saat ini menjabat sebagai Kepala BIN. Sejarah membawanya melambung dengan simbol PDIP. Sementara Airlangga Hartarto juga datang tak terduga. Sejarah pula yang membawanya menjadi ketum Golkar dalam injury time dan momen menentukan,” ucap Adjie.
Dia menuturkan, Cawapres berlatar belakang parpol hanya dimasukan PDIP dan Golkar, karena lanjut Adjie, karena kedua partai itu punya kekuatan daya tawa lebih besar di banding partai lain.
Survei itu dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih melalui multistage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan serentak di 34 provinsi pada 7 sampai 14 Januari 2018. (*/Teropongsenayan.com)