Ini Sikap Anak dan Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama Terkait Pilpres 2019
FAKTA BANTEN – Sekitar 35 dzurriyah atau anak-cucu pendiri Nahladlatul Ulama (NU) bersama para kiai NU menggelar Halaqah Ulama Nahdliyyin guna menjaga marwah NU, di kediaman Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Salahudin Wahid (Gus Sholah) Rabu siang (24/10/2018).
Halaqah ini didasari kerisauan yang muncul akibat maraknya politisasi NU. Dan setelah perundingan selama sekitar enam jam, muncul tiga poin kesimpulan atau tiga keputusan penting.
“Pertama, meminta NU tetap tegak di atas khittah 1926 seperti yang telah diputuskan pada Muktamar ke-26 tahun 1979 dan dipertegas dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984,” kata Choirul Anam, usai pertemuan.
Cak Anam yang didapuk juru bicara melanjutkan, keputusan kedua, NU tidak terlibat dalam politik praktis, politik kepartaian, maupun perebutan kekuasaan.
“Dalam Qonun Asasi (ideologi NU), tidak boleh Rais Am NU tergoda dan berminat untuk ikut dalam perebutan kekuasaan. Jadi NU melarang itu,” kata Cak Anam, panggilan akrab Chorul Anam.
Sedangkan ketiga, sambung Cak Anam, warga NU bebas menentukan pilihan politik dengan tetap mengedepankan sembilan pedoman politik warga NU, seperti yang ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Krapyak Yogyakarta pada 1989.
“Jadi, tidak boleh ada yang memaksa atau memperngaruhi warga NU dalam menyalurkan aspirasi atau pilihan politiknya,” imbuh Cak Anam.
Menurut Cak Anam, tiga keputusan itulah yang dihasilkan dalam Halaqah Ulama Nahdliyyin guna menjaga marwah NU.
“Nanti ada pertemuan lanjutan di kediaman Kiai Hasib Wahab di Pesantren Tambakberas Jombang,” kata Cak Anam.
Pertemuan dengan tema ‘Halaqah Ulama Nahdliyyin itu sendiri digelar dalam guna menjaga marwah NU itu berlangsung secara tertutup.
Selain anak-cucu pendiri NU, hadir pula sejumlah ulama dari Jatim dan Jateng. Jumlahnya sebanyak 36 orang. Di antaranya, Gus Sholah, kemudian KH Abdul Hasib Wabab dari Tambakberas.
Kemudian KH Agus Sholahul Am Wahib Wahab, KH Najih Maimun Zubair dari Rembang, Jawa Tengah, serta bebererapa kiai dari Pondok Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Hadir pula Profesor Zahro yang juga Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang serta Profesor Aminudin Kasdi.
“Ada juga kiai dari Surabaya, Malang, serta Jakarta. Total adal 36 kiai dan keturunan pendiri NU yang hadir,” ujar Ketua Komite Khitah 1926, KH Agus Sholahul Am Wahib Wahab, sekaligus penggagas acara. (Suryamalang.com)