Pamerkan Perjalanan Pers, Edy Rahmayadi Sebut Surat Kabar Tertua di Indonesia Berasal Dari Sumatera Utara
MEDAN – Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi secara resmi membuka pameran Pers, Metaverse, UMKM dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2023 di di Lapangan Astaka, Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa, (7/2/2023).
Edy Rahmayadi diajak berkeliling mengitari pameran pers, bahkan Edy menjajal mesin ketik jaman dulu yang biasa digunakan oleh penerbit mencetak surat kabar.
Pameran pers ini menampilkan sejarah perjalanan surat kabar di Indonesia, mulai dari surat kabar pertama di Indonesia pada masa VOC tahun 1744, surat kabar masa Inggris Java Government Gazette (1822) pada saat Inggris menduduki Batavia, tokoh-tokoh pers penting asal Sumatera Utara di antaranya, Tuan M.H Manulang, Adam Malik, Mochtar Lubis, dan Parada Harahap.
Selain itu juga dipamerkan surat kabar Sumatera seperti De Sumatera Post (1899), Palito Medan (1928), Soeara Batak Tarutung (1927), Sinar Deli Medan (1932), Parbarita Batak (1928), Palito Batak (1927), Poestaha Sibolga (1929), Pewarta Deli Medan (1971) serta beberapa alat kuno yang digunakan para wartawan saat meliput dan membuat berita seperti kamera zaman dulu dan mesin ketik juga radio.
Pada kesempatan itu, Edy menyatakan bahwa surat kabar tertua di Indonesia adalah berasal dari Sumatera Utara yakni terbitan Benih Merdeka pada tahun 1836.
“Selama ini surat kabar tertua yang diketahui semua orang adalah terbitan di Jawa pada tahun 1885. Namun ternyata telah ada surat kabar terbitan di Sumatra Utara yaitu Benih Merdeka pada tahun 1836,” ungkapnya.
Dikatakan Edy, peringatan HPN 2023 sangat penting karena juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi perjalan pers dari masa ke masa dalam rangka mengawal berjalannya pembangunan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Menurutnya, pembangunan tanpa sosialisasi dan penjelasan konkret dari pers maka tujuan dan gambaran pembangunan yang akan dan telah dilakukan tidak akan sampai ke masyarakat.
“Ini Kesempatan kita berdialog bertukar pikiran, sehingga saling mengisi mencatat sejarah sejarah kita. Karena dulu para wartawan kita para pers kita dia menggunakan pulpen untuk turut serta memerdekan Republik ini,” katanya.
“Sekarang kita mengisi kemerdekaan ini tanpa bergandengan tangan omong kosong kita mengisi kemerdekaan ini,” sambungnya.
Untuk itu, Edy Rahmayadi berharap, pers harus proporsional dan profesional dalam menyampaikan informasi kepada rakyat.
“Mari kita bersemangat hidupkan pers yang proporsional dan profesional sehingga pembangunan ini bisa dibaca, bisa didengar sampai ke rakyat kita yang paling ujung di Indonesia, khususnya Sumut,” ajak Edy Rahmayadi. (*/Nas)