Pengukuhan SMSI Masa Bakti 2024 – 2029, Firdaus Tekankan Transformasi Media dan Kebersamaan

JAKARTA – Konvensi Nasional Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) 2024 yang digelar dalam rangka pengukuhan Pengurus Pusat SMSI Masa Bakti 2024-2029 dan pelantikan Pengurus Perkumpulan Pemimpin Redaksi Media Siber Indonesia (Forum Pemred SMSI) digelar di Hall Dewan Pers, Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Acara ini sekaligus menandai awal masa jabatan kedua bagi Firdaus, yang kembali terpilih sebagai Ketua Umum SMSI pada Kongres SMSI kedua.
Dalam sambutannya, Firdaus menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada para pengurus yang hadir serta tokoh-tokoh penting yang kini menjabat sebagai Dewan Penasihat, Dewan Pertimbangan, dan Dewan Pembina SMSI.
“Terima kasih kepada seluruh pengurus yang telah bersedia bekerja sama dan menunjukkan tekad kuat untuk terus maju bersama. Kehadiran dan dukungan Anda semua menjadi pondasi kokoh bagi SMSI ke depan,” ujar Firdaus dengan nada penuh semangat.
Firdaus juga mengangkat isu-isu strategis yang akan dihadapi SMSI ke depan, khususnya terkait transformasi media di era digital. Ia menekankan pentingnya media siber untuk mulai beradaptasi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan metaverse.
“Media online yang dulunya dianggap baru, kini sudah menjadi konvensional. Di masa depan, kita harus siap beralih dan menempatkan berita di dunia AI dan metaverse. Dan mau tidak mau, kita nanti akan beralih dari Media cetak ke Media siber,” kata Firdaus, menggambarkan visi SMSI untuk terus berada di garis depan inovasi media.
Namun, Firdaus juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga kebersamaan dalam menghadapi tantangan ini.
“Kami selalu mengukuhkan keberagaman dan kebersamaan. Kebersamaan inilah yang menjadi kekuatan kami, walaupun kami kecil. Dengan kebersamaan, kita bisa tetap kukuh dan siap menghadapi tantangan apa pun,” tutur Firdaus.
Dalam konteks integritas organisasi, Firdaus menyinggung potensi korupsi yang bisa menggerogoti organisasi jika tidak diawasi dengan baik.
Ia mengingatkan bahwa korupsi di dalam organisasi dapat berdampak luas hingga ke level politik nasional.
“Ketika kita menjadi koruptor di organisasi, jangan harap politisi ke depan di Senayan Jakarta tidak akan menjadi koruptor. Kita harus menjaga integritas dan tidak membiarkan korupsi merajalela,” tambahnya dengan tegas.
Sambutan Firdaus juga mengulas perjalanan panjang SMSI sejak berdiri tujuh tahun lalu. SMSI, yang lahir dari para fungsionaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di berbagai provinsi, awalnya hanya hadir di tingkat provinsi se-Indonesia.
Dua tahun setelah berdiri, SMSI mulai membentuk pengurus di tingkat kabupaten dan kota, hingga akhirnya menjadi organisasi media siber terbesar di Indonesia.
“SMSI ini lahir daripada kegelisahan para mantan-mantan Ketua Umum PWI di seluruh provinsi yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Firdaus juga menceritakan bagaimana SMSI melalui proses panjang untuk menjadi konstituen Dewan Pers pada tahun 2020, hanya beberapa bulan setelah terbentuknya pengurus di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
“SMSI lahir dari fungsionaris PWI, dan kita berjuang keras untuk menjadikan SMSI satu-satunya organisasi media siber terbesar di Indonesia, hingga menjadi konstituen Dewan Pers,” ucap Firdaus.
Ia juga menambahkan bahwa salah satu kunci sukses SMSI adalah koordinasi yang erat dengan berbagai pihak, termasuk militer dan Polri, untuk menjaga keamanan dan kesatuan negara.
Tidak hanya itu, Firdaus juga menyoroti kerja sama SMSI dengan Google News Initiative, yang membantu meningkatkan kualitas media anggota SMSI di daerah-daerah.
“Seluruh anggota SMSI adalah media kecil. Walaupun di Jakarta kami kurang kuat, karena sudah ada forum lain, kami bukan musuh negara. Sebaliknya, kami adalah bagian dari Republik Indonesia,” tegasnya. (*/Red)