Hadirkan Juara Piala Dunia Argentina, ‘Kebegoan’ Erick Thohir Pimpin PSSI

KPU Cilegon Coblos

Oleh: Siuzi (MW Fauzi)*

Kebegoan Tingkat Dewa
Sejak dinahkodai Erick Tohir (ET), beragam gebrakan dilakukan PSSI.

Menghadirkan lawan latih tanding Timnas Indonesia, misalnya. Dari kelasan timnas gak jelas macam Vanuatu, Mauritius, atau Burgundi tetiba saja bisa menghadirkan kampiun Pildun edisi termutakhir Argentina.

Itu lompatan spektakuler. Kayaknya se-Indonesia cuma ET yang bisa menyakinkan Lionel Messi dkk mau hadir ke Indonesia untuk melakoni laga persahabatan.

Gebrakan lainnya adalah terkait hak siar Timnas Indonesia dan Tim Kelompok Umur Indonesia.

Dikabarkan, RCTI mendapat jatah hak siar setidaknya hingga akhir tahun ini. Saya sih tentu berharap gebrakan ini bagian dari pembenahan.

Dalam hal apa? Tentu saya mengedukasi wawasan sepak bola para pecinta sepak bola negeri ini yang jumlahnya ratusan juta!

Saya percaya sekali ET punya taste tinggi dalam hal tontonan, apalagi sport. Dan saya percaya juga selera tinggi itu akan dijejalkan ke pihak RCTI.

Artinya para fans sepak bola Indonesia yang terbiasa dengan sajian reportase berkelas ala EPL, La Liga, UCL dll boleh lah berharap setiap menonton tayangan Timnas & Tim KU Indonesia berikutnya tidak lagi harus memencet tombol mute di remote TV.

Mengapa sajian berkelas ini wajib diterapkan RCTI dan PSSI? Ya tadi itu; sembarian mengedukasi wawasan para pecinta sepak bola tanah air.

Mengapa pihak televisi dan PSSI harus repot-repot mengedukasi wawasan para pecinta sepak bola tanah air? Karena wawasannya banyak yang masih minim. Jangankan dalam hal rules of the game, bahkan dalam hal menerima kekalahan tim kesayangan pun kita masih belum terbiasa.

Begitu pula dalam hal memandang tim lawan apalagi tim musuh bebuyutan. Bumbu-bumbunya seringkali sudah di luar konteks sepak bola. Makanya mudah sekali tersulut vandalisme.

Jadi jika sepak bola Indonesia mau maju, percayalah sektor pendukung dan penonton ini juga salah satu yang harus dibenahi.

Utamanya perihal adab dan wawasan menggemari sepak bolanya.

Dengan mengusung tayangan berkelas, menampilkan reporter dan komentator berkelas tentu menjadi sebuah keharusan.

Ingat, reporter dan komentator itu bukan saja bertugas memberikan wawasan terkait laga yang sedang berlangsung, tetapi juga harus mengkampanyekan nilai-nilai sportivitas.

Tak boleh lagi ada reporter asal heboh dengan istilah-istilah dan gimik-gimik ngawur yang jauh dari konteks sepak bola. Apa lagi reporter yang dengan lantang “memprovokasi kecurangan” dilakukan pemain kita di lapangan.

Kalimat “Berbaring lah lebih lama!” supaya pemain kita mengulur-ngulur waktu itu haram sebetulnya dilantangkan seorang reporter di laga tarkam sekalipun.

Apalagi di laga yang saya yakin disaksikan juga puluhan juta calon pesepak bola di seluruh penjuru tanah air. Akan rusak mental sportivitas mereka sedini mungkin.

Saya juga sangat percaya mencari reporter dan komentator andal yang informatif-edukatif tanpa merusak keseruan menonton di Indonesia ini begitu banyak. Mereka ini menjadi jarang muncul karena kalah oleh selera pasar.

Naaaaah disinilah menurut saya kebegoan tingkat dewa dilakukan pengelola televisi. Kenapa? Karena tayangan sepak bola itu pasarnya sudah terbentuk! Kalahan saja, setiap laga Timnas & Tim KU Indonesia ditayangkan di televisi penontonnya selalu berlimpah. Apalagi kalo menangan dan jadi juara seperti Tim KU-22 di Sea Games lalu.

Artinya, berbeda dengan tayangan lain yang “harus mengikuti selera pasar” biar rating tinggi, tayangan sepak bola itu justru “tinggal membentuk selera pasar”.

Percayalah pecandu sepak bola yang seleranya tinggi itu di Indonesia sudah bejibun. Mungkin malah lebih banyak yang dari seleranya miskiw.

Bagaimana untuk mereka yang seleranya masih rendah ini? Gampang, tinggal diprovokasi aja biar ikutan elegan. Jebret, eh, gaskeuuuun!

Penulis adalah Kartunis, Jurnalis, Mantan Pengelola TV Lokal & Penggemar Sepakbola

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien