Memahami Anomali
Oleh: Afie Arbinova
Akhir-akhir ini kita sering dengar kata anomali yang menjadi penormalan atas kekalahan dalam Pilkada Banten, penggiringan opini begitu masif dilakukan seolah kemenangan Andra Soni dan Dimyati adalah hasil perubahan angka-angka di TPS, nyatanya dari data formulir C1 yang di kumpulkan sudah mencapai 100%, Andra Soni dan Dimyati memang unggul dengan angka 55,9% bahkan di beberapa daerah data itu sudah diplenokan oleh KPU kabupaten kota se Banten, data itu sama sekali tidak dibantah oleh pihak Airin dan Ade sumardi.
Ada beberapa poin menurut saya yang menjadi faktor kunci kemenangan Andra Soni dan Dimyati, yaitu:
1. Solidnya kekuatan parpol dan organ relawan, kami didukung oleh 8 parpol parlement dan 3 parpol non-parlement dan puluhan organ relawan yang bergerak masif, hal tersebut secara bersamaan menghadirkan Bandwagon effect terhadap pemilih.
Kampanye yang berorientasi pada penyelesaian isu-isu konkret, relevan bagi masyarakat agar efek Bandwagon dapat di bertransformasi menjadi loyalitas elektoral yang berkelanjutan.
2. Sosok Andra Soni relatif sangat diterima, Andra Soni adalah pemimpin yang lahir dari rakyat, berproses mulai dari kader biasa kemudian menjadi anggota DPRD Banten pada 2014, dan pada 2019 terpilih kembali menjadi anggota DPRD Banten dan ditunjuk oleh partai menjadi Ketua DPRD Banten.
Dalam proses kampanye di publik Andra Soni tampil apa adanya tidak berusaha menjadi siapapun sehingga sekat terhadap pemilih relatif tidak ada, mudah berbaur dengan masyarakat, serta program unggulan sekolah gratis dan tagline tidak korupsi menjadi dua hal yang mudah diterima pemilih.
Ini merupakan modal besar untuk elektabilitas Andra Soni melenting dalam waktu yang relatif singkat, tentu dengan kerja-kerja yang terukur dan masif.
3. Endorsment ketua umum Gerindra Prabowo Subianto, Prabowo yang juga presiden RI hari ini memberikan dukungan secara terbuka kepada Andra Soni yang merupakan kader ideologisnya.
Sejak 4 November 2024 dukungan ini diberikan sebelum pak Prabowo melakukan lawatan keluar negeri, dukungan ini sangat berpengaruh terhadap pemilih di Banten terutama karena dalam survei indikator politik yang dirilis 27 Oktober lalu, pak Prabowo mencatat 85,3% bahwa rakyat Indonesia yakin pak Prabowo bisa membawa Indonesia lebih baik, di Banten juga sejak 2014 Prabowo tidak pernah kalah dalam pertarungan Pilpres ketika jokowi menjadi incumbent di 2019 Banten tetap menjadi basis Prabowo, Prabowo effect berdampak besar terhadap kemenangan Andra Soni.
4. Pemilihan Raffi Ahmad sebagai ketua tim, keputusan penunjukkan yang tepat oleh Andra Soni yaitu Raffi Ahmad sebagai ketua tim karena dari data yang kami punya bahwa mayoritas pemilih di Banten adalah Milenial dan Gen Z, angkanya mencapai 65% dari total pemilih, Raffi adalah influencer yang sangat diterima oleh publik dengan pengikut di Instagram mencapai 76,3 jt, dari sisi popularitas dan elektabilitas Andra Soni sangat terdongkrak, perlu di ketahui dalam survei internal kami bulan agustus 2024 akseptabilitas Andra Soni mencapai 90,5%, sehingga kami perlu mendorong popularitas dengan figur seperti Raffi Ahmad.
5. Pola kampanye yang jauh lebih baik kreatif dan masif dilakukan, kami setidaknya melakukan 4 konser akbar dengan Band Dewa-19, lebih dari 10 kali dengan Charlie setia band, dan terkahir kampanye akbar di Tangerang dengan NDX A.K.A, belum lagi kami dibantu banyak sekali influencer seperti Marchel, Cline, Paula, Atta Halilintar, Inara dll. Kondisi tersebut sangat mendongkrak sisi popularitas Amdra Soni.
Akan tetapi tidak hanya itu sosok figur popular Andra-Dimyati juga menjadi salah satu faktor banyaknya dukungan, karena ketika pemilih yang terlibat dalam politik berbasis isu atau nilai mungkin “skeptis” terhadap penggunaan selebriti dalam politik, namun hal ini terobati dengan adanya sosok figur merakyat yang kuat dari Andra-Dimyati itu sendiri.
Tim sosial media yang fokus dengan pengenalan Andra Soni-Dimyati, kerja darat yang di lakukan Andra Soni diamplifikasi secara masif di sosial media, sentuhan kreatifitas menyasar pemilih Gen Z dan Milenial mulai dilakukan dari Juni dan September eskalasi produksi konten kampanye meningkat secara masif dan itu terpotret oleh Ismail Fahmi melalui drone emprit awal November 2024 data anilsa popularitas, Andra Soni dan Dimyati mencapai 67% dan Airin Ade hanya sekitar 33% secara perhatian publik, perbedaan angkanya cukup jauh, angka ini mencerminkan kuatnya daya tarik Andra Soni dan Dimyati di tengah publik pada media sosial dan media online. Serta trend positive Andra Soni terus meningkat.
Masuk kembali ke kata anomali, terkait hasil survei yang terus diamplifikasi oleh kubu Airin awal bulan Agustus di release yaitu 77% Airin dan 12% Andra Soni dan sampai menjelang pemilihan terus diproduksi secara masif, sehingga ini seperti “post truth” karena data yang digunakan sudah tidak relevan dan kadaluarsa. Ini seperti senjata makan tuan, mereka mungkin yang menjadi pemilih Airin pada akhirnya tidak datang ke TPS karena sangat confident dengan kemenangan pilihannya.
Fenomena seperti ini bukan hal baru, bahkan ini terjadi di Inggris ketika melakukan jajak pendapat terkait Brexit, yaitu keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa pada tahun 2018, dari survei yang di lakukan mayoritas penduduk Inggris tidak menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa namun ketika jajak pendapat dilakukan hasilnya jauh berbeda ketika di telisik alasan utama kalahnya pro Uni Eropa adalah mereka tidak menggunakan hak suaranya sementara yang ingin keluar Uni Eropa mereka lebih militan dan mayoritas menggunakan hak suaranya, hasil dan survei jauh berbeda.
Itu juga terjadi ketika Donald Trump melawan Hillary Clinton pada Pilpres Amerika 2016 Trump jauh tertinggal dari Hillary gap angkanya mencapai 20% di beberapa minggu sebelum pemilihan namun pada saat pemilihan Trump mengungguli Hillary, dan Trump terpilih menjadi Presiden Amerika. Contoh lain yang tentu tidak kalah fenomenal yaitu ketika Jokowi-Ahok mengalahkan Foke-Nachrowi di Pilkada Jakarta 2012, padahal Jokowi-Ahok memulainya dengan angka sekitar 14% dan Foke-Nachrowi sudah di angka 49,1 % menurut Lingkar Survei Indonesia per April 2012
Dari data yang disajikan di atas anomali itu tidak ada kaitannya dengan kecurangan, anomali ini berkat kerja keras calon, semua element parpol, organ relawan, Raffi Ahmad sebagai ketua tim, dukungan pak Prabowo, dan yang paling utama rakyat sudah berkehendak untuk berubah.
Hal ini sudah kita lihat sejak september ketika trend angka elektabilitas Andra Soni Dimyati terus meningkat dan Airin Ade terus menurun.
Pilkada sudah selesai, rakyat sudah menentukan, pasti ada ketidakpuasan karena dalam pertandingan tidak mungkin semua peserta menang, mari dengan kepala dingin tetap menjaga kondusifitas dan berhenti membuat gaduh. ***