Mendukung Libur Nasional Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama di Indonesia
Oleh: Benz Jono Hartono
Pada tanggal 15 Maret 2024, Indonesia merayakan Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama sebagai hari libur nasional.
Umat Islam harus dengan tegas menyuarakan dukungannya terhadap inisiatif ini. Sebagai seorang muslim, yang aktif dalam sosial kemasyarakatan juga tergabung di Organisasi ASPIRASI, melihat pentingnya langkah ini dalam memperkuat semangat keberagaman dan toleransi di tanah air.
Latar Belakang Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama
Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama dicanangkan untuk merespon meningkatnya kekhawatiran global terhadap Islamofobia dan intoleransi beragama. Indonesia, yang dikenal dengan keberagamannya, momen ini diharapkan menjadi titik balik untuk mempererat persatuan dan menghargai perbedaan.
Dengan demikian menganggap langkah ini sebagai bagian integral dari upaya nasional untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.
Peran Organisasi Aspirasi
Aspirasi yang dikenal sebagai wadah bantu Umat dalam berbagai kegiatannya sukses, yang aktif mempromosikan nilai-nilai toleransi, diberbagai kesempatan sering menekankan, bahwa pentingnya keberagaman baik dalam dunia bisnis maupun kehidupan dimasyarakat luas.
Menurut tinjauan Aspirasi, kebijakan ini tidak hanya memperbaiki hubungan antar agama tetapi juga memberikan dampak positif bagi iklim usaha di Indonesia.
“Memahami dan menghormati perbedaan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis,” ujar Wati Salam dalam obrolannya pada suatu kesempatan dengan penulis. “Dengan menetapkan Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama sebagai hari libur nasional, kita mengirim pesan kuat bahwa Indonesia berdiri teguh melawan segala bentuk diskriminasi.
Dampak Positif bagi Dunia Usaha
Berbagai pihak menyoroti bahwa inklusivitas dan toleransi berperan penting dalam dunia bisnis. Ketika karyawan merasa dihargai dan diterima apa adanya, produktivitas dan kreativitas mereka meningkat. Selain itu, perusahaan yang mendukung keberagaman cenderung lebih inovatif dan adaptif terhadap perubahan pasar.
Hari libur nasional ini, menurut hemat saya, akan menjadi pengingat bagi para pengusaha untuk terus mengupayakan inklusivitas dalam tempat kerja mereka.
Langkah Nyata di Lapangan
Tidak hanya berhenti pada dukungan lisan, Kita juga berharap bisa mengimplementasikan berbagai inisiatif di perusahaan yang dipimpinnya. Ia memastikan bahwa setiap kebijakan dan praktik bisnis yang diterapkan mencerminkan nilai-nilai toleransi dan inklusivitas.
Misalnya, dengan menyediakan ruang ibadah bagi karyawan, juga mengadakan berbagai macam pelatihan, secara berkala tentang Leadership Special Skill dan Leadership Life Skill.
Argumentasi Wati Salam saat Halal bi Halal di Home Base ASPIRASI, mengatakan bahwa “Bisnis yang baik adalah bisnis yang memperlakukan semua orang dengan hormat dan adil,” dalam Argumentasinya ini, kata Wati Salam “Kita harus menjadi contoh bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan, bukan kelemahan.” Pernyataan ini mengingatkan kita betapa pentingnya saling menghargai dan bersikap adil.
Masa Depan yang Lebih Baik
Dengan menetapkan 15 Maret sebagai Hari Anti-Islamofobia dan Toleransi Beragama, Indonesia mengambil langkah maju dalam melindungi hak-hak asasi manusia dan memperkuat persatuan nasional. Dukungan dari Kita semua seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat dan dunia usaha dapat bersinergi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana setiap individu dihargai terlepas dari latar belakang agama atau budaya mereka.
Semua berharap bahwa peringatan ini tidak hanya menjadi hari libur biasa, tetapi juga momen refleksi bagi semua pihak untuk terus memperjuangkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Dengan begitu, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana berbagai komunitas dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.
Penulis adalah pemerhati/penggiat Kemajuan Indonesia, Representative Aliansi Indonesia