Muktamar KB PII September 2024 dan Tantangan Asobiyah Kelompok

KPU Cilegon Coblos

 

Oleh: Benz Jono Hartono, Praktisi Media Massa

Pembukaan

Muktamar KB PII (Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia) yang akan dilaksanakan pada bulan September 2024 merupakan momentum strategis untuk mengkaji dan merumuskan tantangan-tantangan organisasi dalam menghadapi perubahan zaman.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah menghilangkan pola pikir asobiyah kelompok, yaitu pola pikir yang cenderung mengutamakan kelompok atau golongan tertentu daripada kepentingan bersama.

Ulasan ini bertujuan untuk menganalisis pentingnya muktamar ini dalam mendorong transformasi pola pikir anggota KB PII, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ada.

Dengan demikian, muktamar ini diharapkan dapat menjadi landasan pacu bagi KB PII dalam membentuk paradigma baru yang lebih inklusif, terbuka, dan visioner.

Muktamar merupakan salah satu forum tertinggi dalam sebuah organisasi yang memiliki peran strategis dalam merumuskan arah kebijakan dan gerakan.

Bagi Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), muktamar yang diselenggarakan pada September 2024 ini merupakan momen penting untuk melihat tantangan internal dan eksternal yang dihadapi organisasi. Diantara hal-hal Penting utama yang perlu disikapi secara serius adalah pola pikir asobiyah kelompok, yaitu sebuah kecenderungan untuk memprioritaskan kelompok tertentu di atas kepentingan yang lebih luas.

Pola pikir ini, jika dibiarkan, dapat menghambat laju perkembangan organisasi dan mengurangi daya saingnya dalam merespons perubahan zaman.

Oleh karena itu, Muktamar KB PII September 2024 menjadi sangat relevan sebagai titik awal untuk meninggalkan pola pikir tersebut dan mendorong terciptanya budaya organisasi yang lebih inklusif dan progresif.

Pandangan Tentang:
1. Asobiyah dalam Konteks Sosial

Asobiyah pertama kali diangkat oleh Ibnu Khaldun sebagai konsep yang menjelaskan solidaritas kelompok. Dalam konteks ini, asobiyah mengacu pada loyalitas kelompok yang kuat, tetapi dalam praktiknya sering kali berpotensi menyebabkan eksklusivitas dan konflik antar kelompok. (Ibnu Khaldun, Muqaddimah, 1377)

2. Tantangan Organisasi Modern

Dalam dunia modern, organisasi diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, pola pikir yang eksklusif seperti asobiyah tidak lagi relevan dan bahkan dianggap sebagai penghambat kemajuan organisasi. (Hofstede, Culture’s Consequences: International Differences in Work-Related Values, 1980)

3. Transformasi Pola Pikir dalam Organisasi Islam

KB PII sebagai organisasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam memiliki tantangan untuk mewujudkan transformasi pola pikir. Salah satu prinsip penting dalam ajaran Islam adalah ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam) yang menekankan pentingnya persatuan dan kepentingan bersama di atas perpecahan kelompok. (Qardhawi, Fiqh al-Aulawiyat, 1994)

Ulasan ini menggunakan pisau analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara dengan anggota KB PII serta pengamat organisasi.

Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi KB PII dalam muktamar ini, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meninggalkan pola pikir asobiyah kelompok.

Urgensi Meninggalkan Pola Pikir Asobiyah

Dalam konteks organisasi, pola pikir asobiyah dapat mempersempit ruang gerak dan inovasi. Hal ini karena organisasi menjadi terlalu terfokus pada kepentingan kelompok tertentu dan mengabaikan kepentingan yang lebih luas.

KB PII, sebagai organisasi yang beranggotakan banyak elemen dengan latar belakang berbeda, harus berani melakukan perubahan paradigma agar tetap relevan.

Muktamar sebagai Titik Balik Transformasi

Muktamar KB PII September 2024 harus dijadikan sebagai forum untuk memperdebatkan dan merumuskan kebijakan yang mendorong inklusivitas. Proses transformasi pola pikir ini memerlukan komitmen bersama, mulai dari pimpinan hingga anggota, untuk menciptakan budaya organisasi yang lebih terbuka dan kolaboratif.

Langkah-Langkah Strategis

Beberapa langkah yang dapat diambil oleh KB PII dalam menghadapi tantangan ini antara lain:

1. Menyelenggarakan pelatihan dan diskusi yang berfokus pada pengembangan pola pikir inklusif.

2. Membangun sistem kaderisasi yang menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah di atas kepentingan kelompok.

3. Menggunakan teknologi digital sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperkuat jaringan dengan organisasi lain.

Penutup

Muktamar KB PII September 2024 merupakan kesempatan emas bagi organisasi untuk mengevaluasi diri dan mengatasi tantangan internal, termasuk pola pikir asobiyah kelompok. Dengan meninggalkan pola pikir tersebut dan mengadopsi pola pikir yang lebih inklusif dan progresif, KB PII dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Transformasi ini tidak hanya penting bagi keberlanjutan organisasi, tetapi juga relevan dengan semangat Islam yang menekankan persaudaraan dan persatuan. ***

SELAMAT BERMUKTAMAR
KB PII MATA RANTAI PERJUANGAN UMAT ISLAM DI INDONESIA

KPU Pandeglang Ayo TPS
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien