Yayasan Alabama Ajak Masyarakat Pesisir Manfaatkan Nipah Jadi Tambahan Penghasilan
PANDEGLANG – Daon, begitulah Runi (50) warga Kampung Jengkol, Desa Cibungur, Kecamatan Sukaresmi, Pandeglang, menyebut tanaman nipah yang tumbuh subur dihalaman belakang rumahnya.
Tanaman nipah yang habitatnya didaerah rawa atau muara yang berair payau atau daerah yang terkena pasang surut air laut ini, sudah sangat dikenal Runi, karena masyarakat sudah sering memanfaatkan daun nipah atau daon untuk membuat atap rumah.
Namun, Runi tidak menyangka ada manfaat lain dari tanaman nipah yang baru diketahuinya, usai mengikuti pelatihan yang digelar oleh Yayasan Alabama Indonesia Lestari pada beberapa waktu lalu.
“Daon atau nipah di Cijengkol. Tapi baru tahu, kalau daon ini bisa dibuat gula,” ungkapnya kepada wartawan, Minggu (22/1/2023).
Runi sangat mengapresiasi langkah Yayasan Alabama Indonesia Lestari, yang mengajak emak-emak di Kampungnya untuk mengenal sumber daya alam yang mempunya potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan tambahan penghasilan untuk keluarganya.
“Dengan pelatihan itu, kami jadi tahu dengan potensi diri, potensi lingkungan sekitar yang bisa dikelola atau dimanfaatkan dan bernilai ekonomi, tanpa harus merusak sumber daya alam yang ada,” ungkapnya.
Runi yang saat ini dipercaya memimpin kelompok Mandiri Perempuan Jengkol, tengah melakukan eksperimen atau mulai mempraktekan teori atau materi yang didapatkan dari pelatihan, tentang tata cara melakukan penyadapan dan tata cara membuat gula nipah.
“Setelah pelatihan, kami (Perempuan Kampung Jengkol-red), sepakat membuat kelompok untuk mulai mempraktekan materi serta pengetahuan tentang cara menyadap dan membuat gula nipah,” ungkapnya.
Sementara Itu, Community Empowerment Officer Yayasan Alabama Indonesia Lestari, Nanda Bahari mengatakan, apa yang dilakukannya saat ini merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah satu pendukung projek MERCI “Mangrove Ecosystem Rhinoceros Conservasion In Indonesia” yaitu sebuah proyek pemulihan lingkungan hidup terutama ekosistem mangrove.
“Melalui proyek Mangrove Ecosystem dan Rhinoceros Conservation in Indonesia (MERCI), Yayasan Alabama Indonesia Iestari mendampingi kelompok perempuan pesisir dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal berbasis mangrove dan pesisir untuk menjadi produk atau komoditas yang bisa meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Nanda menjelaskan, jika program pemberdayaan yang akan dijalankanya tidak hanya ada di Kampung Jengkol saja.
Namun, akan ada kampung-kampung atau desa-desa lain yang akan didampingi dengan dukungan dari Organisasi Nirlaba asal Perancis yakni Planète Urgence.
Pendampingan akan dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh desa dan masyarakat.
Selain dilatih untuk mengolah gula nipah, pihak pendamping juga telah menyiapkan pasar untuk menampung hasil produksi gula yang menjadi salah satu bahan pembuatan kecap.
“Dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pengolahan gula nipah/daon ini kami berharap menjadi solusi untuk penambahan pendapatan ekonomi secara berkepanjangan”, jelasnya.
Sementara itu, Program Manager Planete Urgance, Mulyono Sardjono mengatakan, Proyek MERCI merupakan rangkaian kegiatan konservasi lingkungan dengan tiga pilar kegiatan, yakni peningkatan kesadaran lingkungan, reforestasi khususnya di ekosistem mangrove, dan peningkatan ekonomi masyarakat (livelihood) berbasis potensi lokal.
“Dalam konteks wilayah pesisir barat Kabupaten Pandeglang, tanaman nipah yang merupakan salah satu spesies mangrove – merupakan sumber daya potensial untuk dijadikan sumber ekonomi masyarakat. Budi daya pembuatan gula nipah merupakan hal yang baru bagi masyarakat Kampung Jengkol, dan tentunya banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan berupa proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas, melakukan perhitungan kelayakan bisnis, pemasaran produk dan pengembangan jaringan,” ujarnya.
Mulyono menambahkan, pendampingan dari Yayasan Alabama dengan dukungan dari Planète Urgence ini masih dalam tahap awal dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
“Pihak Desa melalui BUMDES bisa menjadi jembatan dalam pengembangan usaha, sedangkan OPD terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM bisa mendampingi secara teknis sekaligus pengembangan jaringan ketika kelompok usaha ini berkembang,” pungkasnya. (*/Gatot)