Kepsek SDN Pasirkadu 1 Keluhkan Suara Bising di Proyek Jalan Tol Ganggu KBM
PANDEGLANG – Pengerjaan proyek jalan Tol Serang-Panimbang seksi 3 ruas Cileles-Panimbang sangat mengganggu terhadap aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada siswa SD Negeri Pasirkadu 1 di Kampung Pasirhuni, Desa Pasirkadu, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang.
Menurut pantauan faktabanten.co.id di lokasi proyek tersebut, pada saat ini terlihat di belakang, samping dan depan SDN Pasirkadu 1 tengah berlangsung pengerjaan pemasangan tiang pancang untuk pembangunan jembatan Jalan Tol Serang-Panimbang. Pemasangan tiang pancang tentunya menimbulkan suara bising dan getaran.
Selain pemasangan tiang pancang di lokasi juga ada tempat bongkar muat material batu, tentu saja hal itu juga menimbulkan suara bising terhadap siswa-siswi melaksanakan KBM.
Terlebih kondisi bangunan sekolah juga sudah tidak layak dan temboknya sudah banyak yang retak. Sehingga perlu segera direlokasi untuk mencegah terjadinya hal tidak diinginkan.
Namun sampai saat ini, pemerintah belum merelokasi sekolah yang berada di tengah-tengah proyek jalan tol. Selain SDN Pasirkadu 1 hal sama terjadi pada SDN Pasir Sedang 2 di Kecamatan Picung, Kabupaten Pandeglang.
Junaedi, Kepala SDN Pasirkadu 1, menyampaikan, sekolah tersebut masuk dalam salah satu dari empat sekolah yang terkena gusur pada proyek jalan Tol Serang-Panimbang seksi 3 ruas Cileles-Panimbang.
“Iya memang SDN Pasirkadu tersebut berada di tengah-tengah lokasi proyek jalan tol Serang-Panimbang,” ujarnya, Jumat, (19/7/2024).
Lanjut Kepala SDN Pasirkadu 1 mengatakan, dengan adanya pengerjaan proyek jalan Tol Serang-Panimbang ini sudah mengganggu KBM bagi siswa-siswi.
“Keberadaan proyek jalan Tol ini kami sebenarnya sudah banyak terganggu sekali,” terangnya.
Junaedi mengaku, kalau ia sudah lama sekali juga menyampaikan kepada pihak tol ataupun pemerintah untuk secepatnya merelokasi.
“Yang kita takutkan ini anak. Anak itu secara psikologis merasakan trauma dengan adanya kejadian ini,” katanya.
Lalu apa yang menjadi masalahnya, Junaedi mengatakan, getaran-getaran dari alat berat itu selalu ada. Jadi kegiatannya banyak menimbulkan getaran.
“Dimulai dari pematangan lahan, pemasangan tiang pancang, menurunkan bongkar muat beton dan batu,” ungkapnya.
Jadi, setiap ada kegiatan maka akan banyak merasakan getaran sepanjang waktu.
“Rasa trauma itu pasti ada. Jadinya belajar tidak efektif,” katanya.
Oleh sebab itu, Junaedi meminta, kepada pihak-pihak yang punya kewenangan agar secepatnya membangun gedung sekolah baru untuk relokasi.
“Karena untuk tanah pengganti sebenarnya sudah ada. Hanya tinggal memulai membangun fisiknya saja, jadi mohon secepatnya di relokasi karena kami sangat menderita dalam KBM,” katanya.
Informasi diterima, katanya akan mulai dilaksanakan pembangunan di bulan Agustus 2024. Tapi sampai saat ini belum melihat tanda-tanda akan mulai dibangun.
“Kondisi lahan masih berupa kebun. Pengembangan pohon juga belum ada dan belum ada tindak lanjutnya sampai sekarang ini,” katanya.
Dari pihak terkait, diungkapkan Junaedi, ada yang mengusulkan pembangunan tenda darurat.
“Namun kami menolak, karena lokasinya juga tidak ada. Dan sampai kapan kalau menggunakan tenda darurat karena ini waktunya tidak sebentar,” tuturnya.
Junaedi mengungkapkan, KBM siswa terganggu karena adanya mobilisasi alat berat.
“Gangguan bising, getaran, kemudian punya rasa khawatir sekolah ini ambruk. Akan mencelakakan anak.
Kondisi bangunan juga retak, kemudian sudah tidak layak sebenarnya.
“Jadi kami berserta dewan guru dan anak murid juga belajar menjadi kurang efektif. Karena ada rasa khawatir,” terangnya.
Siswa kelas VI SDN Pasirkadu 1 Muhammad Riani mengatakan, adanya pengerjaan proyek menggangu KBM.
“Lagi belajar ruang kelas teras getar-getar. Dan takut roboh,” terangnya.
Guru kelas VI SDN Pasirkadun1, Sakim mengungkapkan, adanya proyek jalan Tol membuat KBM sangat terganggu.
“Setiap belajar, anak-anak itu merasa cemas. Takut roboh bangunannya jadi sering belajar di luar,” katanya.
Rasa khawatir karena kondisi bangunan sekolah juga keadaannya seperti ini. Kondisi bangunan sudah pada retak-retak.
“Jadi secepatnya pengen pindah. Direlokasi ketempat yang baru, kalau seperti ini, sudah berapa tahun enggak nyaman belajar juga,” katanya.
Kabid Pembinaan SD pada Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang Yayat Mulyatna mengatakan, ke-empat sekolah sampai saat ini belum direlokasi.
“Masih menunggu kabar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Terkait percepatan untuk pembangunan gedung baru untuk relokasi,” katanya.
Saat sekarang ini yang membutuhkan percepatan relokasi, seperti halnya SDN Pasirkadu 1 di Desa Pasirkadu, Kecamatan Sukaresmi. Dimana sudah seharusnya segera direlokasi karena di sana sudah mulai dilaksanakan pengerjaan proyek jalan tol.
“Selanjutnya di Kecamatan Picung SDN Pasir Sedang 2. Dan di Kecamatan Bojong ada SDN Cijakan 2 dan SDN Cijakan 3,” katanya.
SDN Cijakan 2 itu harus pindah atau direlokasi karena berada di jalur lintasan exit Pintu Tol Bojong.
“Dan SDN Pasir Sedang 2, Kecamatan Picung juga sama harus pindah karena posisinya berada di jalur tengah lintasan jalan tol,” jelasnya.
Terkait relokasi ini, menjadi kewenangan dari pihak Kementerian PUPR. Sementara Pemerintah Daerah menerima bangunan gedung baru.
“Semoga saja bisa secepatnya direlokasi. Agar peserta didik dapat menjalankan KBM dengan nyaman dan aman,” imbuhnya. (*/Riel)