Kisah Pilu Warga Pandeglang Tinggal di Gubuk Beratap Terpal
PANDEGLANG – Sudah setahun Yadi dan istrinya Nurhayati bersama dua anaknya yang masih kecil tinggal di gubuk beratap terpal di Kampung Kadu Malam, Desa Sukamanah, Menes, Kabupaten Pandeglang. Rumah lama miliknya hancur diterpa hujan badai hingga memaksa ia tinggal seadanya di tengah perkebunan.
Yadi terpaksa mendirikan gubuk bambu tanpa pintu, jendela dan ditutup terpal di bagian atas. Di gubuknya, ia tumpuk segala perabot dapur, lemari sampai peralatan mandi.
Di tengah, ia meletakkan kasur yang keluarga ini gunakan untuk tidur. Di depan gubuk juga ada kandang ayam dan lima kambing yang ia urus sehari-harinya.
Saat didatangi wartawan, Yadi mengaku sudah setahun tinggal di gubuk itu karena tak mampu membuat rumah. Ia membuat gubuk seadanya demi istri dan anaknya.
“Dulu di depan rumahnya, roboh hampir setahun, belum ada biaya, kalau sudah pasti dibangun, ini juga sambil nyareat (usaha),” katanya bercerita di Pandeglang, Banten, Minggu lalu.
Saat wartawan ke lokasi, kondisi rumah sendiri terlihat bocor karena memang hujan. Yadi yang ramah dan terbuka, mengaku biasa dengan keadaan tersebut dan memang begitulah keadaannya.
“Betah nggak betah, gimana lagi kalau belum punya apa-apa mah pasti dibetahin aja,” paparnya.
Sehari-hari, Yadi hanya mengandalkan upah hasil suruhan dari kuli tani atau bangunan. Sesekali, ia jual ayam dan kambingnya untuk menafkahi keluarga. Kadang, ia dapat Rp 50 ribu sehari, atau bahkan tak menentu jumlahnya.
“Sehari penghasilannya tergantung, nggak nentu,” ucapnya.
Secara administrasi kependudukan, ia memiliki kartu keluarga dan KTP lengkap. Ia sempat menunjukkan identitasnya sebagai warga Pandeglang.
Namun, meski dalam kondisi seadanya, ia tidak paham apakah keluarganya mendapatkan bentuk bantuan dari Pemkab Pandeglang. Saat ditanya apakah ia bagian dari warga penerima manfaat program keluarga harapan (PKH) dari Dinas Sosial, Yadi justru tidak tahu.
Namun, ia cerita kadang memang datang bantuan dalam bentuk beras dari desa dan kecamatan. Termasuk untuk proses pendidikan satu anaknya yang duduk di kelas 6 SD.
“Nggak (masuk PKH), cuma ngerasa yang dulu mah raskin ya, paling cuma bantuan sekolah, ngan (cuma) itu doang,” ujarnya.
Saat wartawan berkunjung ke sana, Yadi mengaku sudah didatangi oleh pihak desa, kecamatan dan perwakilan Pemkab Pandeglang. Rencananya di lokasi Ia tinggal akan dibangunkan rumah layak huni. Ia pun berharap bantuan itu datang dan tepat sasaran. (*/Detik)