Madrasah di Pandeglang ini Manfaatkan Sampah jadi Ecobrick, Hasilnya Indah dan Estetik
PANDEGLANG – Sampah menjadi persoalan utama di dunia sekarang. Seperti dikutip dari databoks.com Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar ke-5 di dunia pada 2020.
Hal ini tercatat dalam laporan Bank Dunia yang bertajuk The Atlas of Sustainable Development Goals 2023. Menurut laporan tersebut, pada 2020 Indonesia memproduksi sekitar 65,2 juta ton sampah.
Karena sifatnya yang tidak dapat terurai, limbah plastik seringkali mencemari berbagai macam hal dan mengancam setiap elemen yang berada dalam bumi.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah dari hulu ke hilir masih sangat rendah. Hal ini kemudian mendorong inisiatif MTs Negeri 6 Pandeglang memanfaatkan sampah plastik menjadi sesuatu yang estetik dan menarik yakni menjadi sebuah Spot Landmark bertuliskan ‘MTS N 6 PANDEGLANG’.
Pengelolaan sampah plastik menjadi ‘Ecobrick’ adalah upaya sekaligus solusi yang diwujudkan oleh MTsN 6 Pandeglang untuk mengurangi sampah plastik terutama yang berada di lingkungan MTsN 6 Pandeglang.
Ecobrick merupakan sebuah inovasi visioner yang dikembangkan sebagai solusi pengolahan limbah plastik.
Syahid, Kepala MTsN 6 Pandeglang dalam keterangannya menyampaikan bahwa pengelolaan sampah menjadi ‘Ecobrick’ ini merupakan rangkaian kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) dengan tema gaya hidup berkelanjutan yang memanfaatkan sampah menjadi Ecobricks.
“Jadi Ecobrick ini merupakan salah satu rangkaian program kami di madrasah dalam pengimplementasian P5 & P2RA, karena terhitung mulai tahun ini madrasah kami sudah menerapkan Kurikulum Merdeka”, tutur pria yang sebentar lagi meraih gelar Doktor Bidang Pendidikan tersebut.
Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Riesto Atantio Fajri, menambahkan bahwa pengolahan sampah plastik menjadi Ecobrick ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran kepedulian peserta didik dan seluruh warga madrasah terhadap bahaya pencemaran sampah, terutama di lingkungan madrasah.
“Semoga dengan kegiatan ini membuat warga madrasah menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan mampu melakukan inisiatif pengolahan sampah secara mandiri dan ditularkan ke masyarakat secara luas, khususnya di Kecamatan Cikeusik,” pungkas Riesto. (*/Tatang Kurnia)