Sukses Cilegon Tak Boleh Henti Versus Spirit Perubahan

CILEGON – Jargon sosialisasi bakal calon Walikota Cilegon kubu petahana yang menuliskan ‘Sukses Cilegon Tak Boleh Henti’ sebagaimana ditulis dalam berbagai alat peraga yang sudah tersebar mendapat sorotan dari Ketua Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Kota Cilegon, Hikmatullah.

Hal ini disampaikan Hikmatullah, pasca penyerahan berkas DPW Gelora Banten di Patra Kuningan bersama Anis Matta, belum lama ini.

“Mestinya kita tidak usah meributkan jargon jangka pendek saja, dengan segala konflik turunannya. Buat saya, mau sukses Cilegon tak boleh henti, atau mereka yang mengusung perubahan dengan aneka jargonnya, hanyalah trik untuk mendapatkan perhatian publik, karena saya yakin pada substansi yang paling dasar adalah bagaimana agar berkuasa secara legal. Karena pemilu pada hakekatnya bertujuan memilih pemimpin untuk melanjutkan estafet pembangunan bangsa, dalam hal ini Cilegon,” ujarnya kepada Fakta Banten.

Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil Kang Hikmat ini menjelaskan, dengan letak geografis Kota Cilegon yang berada di pintu gerbang Pulau Jawa, dan dengan kurang lebih 25 KM panjang pantai yang hampir habis untuk industri dan pelabuhan, sekaligus jumlah penduduk dengan segala potensinya, mestinya hal- hal tersebut yang disodorkan setiap kandidat, bukan jargon pendek yang nihil substansi.

BI Banten

“Terus terang, saya rindu dengan Cawalkot yang maju dengan gagasan membangun dengan master plan Cilegon 50 atau 100 tahun ke depan mau kita apakan. Sehingga jika itu kita miliki bisa menjadi guidance sekaligus visi tiap-tiap Calon. Kitapun bisa membaca, mana yang hanya berfikir kekuasaan belaka, atau yang benar-benar berfikir untuk Cilegon dan rakyatnya dalam arti yang sesungguhnya,” jelasnya.

Menurut Kang Hikmat, selama ini konsep pembangunan Cilegon belum begitu jelas, dimana dalam pembangunan dan penataan di banyak sektor membuat terjadinya ketimpangan.

“Kita sudah sama sama merasakan efek pembangunan yang reaktif tanpa konsep jangka panjang yang jelas dan baik. Dimana kesenjangan ekonomi pendidikan dan konflik antara industri dengan lingkungan karena persoalan penataan yang mestinya menyediakan ruang hijau atau buffer zone misalnya, yang pada akhirnya menyisakan konflik tidak perlu yang berkepanjangan,” tegasnya.

Untuk itu, pihaknya menawarkan konsep pembangunan jangka panjang kepada para bakal calon walikota yang akan maju di Pilkada Cilegon 2020 mendatang. Tidak hanya sebatas lima atau sepuluh tahun.

“Itu semua terjadi karena kita tidak memiliki narasi, pembangunan Cilegon 50 atau 100 tahun ke depan. Sehingga grassroot terus terombang ambing setiap menjelang Pilkada tanpa idealisme berfikir jangka panjang. Paling banter ya jadi timses dengan harapan kalau sudah barhasil jadi walikota maka anu anu anu,” tandasnya. (*/Red)

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien