SERANG – Keputusan terpilihnya M. Farid Syukur sebagai Ketua Formatur pada Musyarawah Wilayah (Muswil) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Generasi Muda Mathla’ul Anwar (GEMA MA) dianggap melanggar AD/ART organisasi sehingga tidak memiliki legitimasi yang sah. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi Adi Andillah Marta dan kawan-kawan kader GEMA MA lainnya untuk menggugat hasil tersebut kepada DPP GEMA MA dan mendesak agar digelar Muswil ulang.
“Organisasi ini dalam usianya yang ke-62 tahun tidak akan kunjung maju kalau seperti ini saja. Gugatan akan disampaikan kepada tim caretaker sebagai penyelenggara Muswil, karena terbukti melanggar tata tertib dan AD ART. Serta menggelar kembali Muswil sesuai semangat musyawarah mufakat yg steril tanpa intervensi siapapun,” ungkap Adi Marta kepada Faktabanten.co.id, Jumat (9/2/2018).
Diketahui gugatan akan disampaikan oleh para kandidat calon ketua, yaitu Adi A. Marta, Nasrullah, Jojon Suhendar Andari dan Abdul Qodir Jaelani.
Mereka menilai bahwa ada beberapa kecacatan dalam proses Muswil yang digelar Sabtu, 3 Februari lalu. Diantara kecacatan yang dimaksud adalah hadirnya DPD Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang serta DPD Kabupaten Tangerang yang periodisasi kepengurusannya sudah tidak aktif.
“Bagaimana bisa kepengurusan yang sudah expired SK kepengurusannya masih memiliki hak suara. Apakah GEMA MA ini hanya ada jika akan Muswil?” Adi Marta mempertanyakan.
Selain hal itu, lanjut Adi, calon yang lolos verifikasi dan mengklaim diri memenangi Muswil tersebut, sebenarnya belum pernah jadi kader atau pengurus GEMA MA di semua tingkatan, dan ini menjadi kecacatan yang tidak bisa dibiarkan.
“Ini semangat didasari oleh militansi terhadap organisasi. Militansi untuk membesarkan dan terlepas dari primordialisme. Selebihnya biarkan mekanisme pelanggaran ini menjadi tuntutan sesuai ketentuan perundangan yg berlaku,” pungkas Adi. (*/Red)
