SERANG – Pemutaran film yang bertajuk penghiantan gerakan 30 September 1965 ini banyak diminati masyarakat, sebab dalam film tersebut ada bagian cerita sejarah yang terjadi pada masa orde baru.
Dari informasi yang dihimpun, Film yang disutradari Arifin Noer posternya diambil dari catatan sejarah dalam buku ‘Percobaan Kudeta Gerakan 30 September di Indonesia’ yang ditulis oleh sejarawan militer Nugroho Notosutanto dan investigator Ismail Saleh dan tayang perdana pada tahun 1984.
Bahkan sejak saat itu film tersebut menjadi tontonan wajib bagi para pelajar, PNS dan perusahaan daerah.
Serta dalam pembuatannya film berdurasi 3 jam 37 menit ini telah menghabiskan biaya yang sangat besar di kala itu senilai 800 juta rupiah.
Ajat Sudrajat, selaku ketua panitia mengatakan, pemutaran film tersebut merupakan salah satu agenda rutinitas Forum Umat Islam Banten yang bertujuan untuk meningatkan pengetahuan generasi bangsa teruma kepada kelompok kaum milenial.
Selain itu ia juga mengatakan pemerintah hari ini tidak seperti pemerintah yang lalu menginstruksikan nonton G30S/PKI ini di wajibkan
“Kalo pemerintah tidak melakukan itu makanya kita lakukan pemutaran nobar ini,” katanya
Ia mengaku pihaknya juga sama sekali tidak memiliki motif apapun selain ingin terus mengajak dan mengingatkan tentang pengalaman kelam Indonesia waktu itu.
Sebab ia menilai pihak PKI masih terus bergerak dan berusaha membalikan fakta agar pemerintah Indonesia mau meminta maaf padanya.
“Melalui media onlin cetak dan buku-buku juga dari diskusi-diskusi upaya membalikan fakta bahwa selama ini PKI menjadi korban, ini tanda bahwa masih ada paham komunis,” cetusnya
“Artinya ada upaya agar pemerintah meminta maaf kepada PKI bahwa PKI itu jadi korban,” imbuhnya
Berbicara komunis berbicara ideologi mereka tidak berani menampakan dirinya secara nyata sebab ada peraturan pemerintah bahwa PKI ini adalah organisasi yang terlarang.
Ia juga berharap pada mata pelajaran sejarah di setiap sekolah masih mengingatkan kepada pelajar tentang kekejaman PKI pada saat itu.
“Dari gerakanya kita taulah mereka paham komunis. Semoga pelajaran sejarah di perkuat ditinggat sekolah dan pesantren dan membahas soal ini, dan tidak menganggap bahwa kesanya isu ini basi tidak perlu dibahas di sekolah,” harapnya
Diketahui, pada pemutaran film tersebut penonton yang hadir adalah para siswa dan santri serta masyarakat yang ada di Kota Serang.
“Acara ini gabungan, yang nonton pelajar santri serta masyarakat yang ada di Kota Serang, mungkin bukan hanya disini (Alun-alun Barat Kota Serang-red), di luar juga banyak yang memutar film ini,” tegasnya. (*/Dave)