Warga Pulau Sangiang Terganggu Penguasaan Lahan oleh PT Pondok Kalimaya Putih
SERANG – Puluhan Masyarakat Pulau Sangiang, Kecamatan Anyar Kabupaten Serang, melakukan aksi turun ke jalan dan mendatangi Kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional), Rabu (2/8/2017).
Kedatangan mereka untuk menuntut hak dan kejelasan status lahan Pulau Sangiang yang saat ini diklaim dan dikuasai oleh konglomerat yang berbadan hukum PT Pondok Kalimaya Putih (PKP).
Aksi damai yang digelar di depan Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN) ini, secara tegas mempertanyakan terkait penguasaan lahan yang saat ini sedang dalam pembangunan oleh PT PKP, dan mengganggu eksistensi lahan garap masyarakat Pulau Sangiang.
Koordinator Lapangan Aksi, Sofian Saori (40), mengungkapkan, Pulau Sangiang telah dihuni oleh masyarakat adat sekitar sejak tahun 1930, pada jaman penjajahan Belanda dan negeri ini belum merdeka.
“Pulau Sangiang sudah dihuni oleh nenek buyut kami, tapi kenapa lahan milik kami kini dikuasai oleh pengusaha dan mereka mengganggu ketentraman hidup masyarakat kami,” ungkapnya saat melakukan orasi.
Menurutnya, masyarakat Pulau Sangiang tidak pernah menjual tanah Pulau Sangiang kepada investor, karena Pulau Sanginag adalah tanah wakaf milik adat. Karena itu, ia bersama puluhan masyarakat mempertanyakan dari mana dan mengapa bisa PT PKP mendapatkan hak menguasai lahan di Pulau Sangiang?
“Dari mana PT PKP mendapatkan hak milik, sehingga menguasai lahan kami,” ujarnya kepada wartawan, di sela-sela aksi.
Lebih lanjut Sofian mengatakan, masa aksi yang turut turun kejalan kali ini adalah masyarakat yang belum meninggalkan Pulau Sangiang, dan akan tetap bertahan untuk kelestarian alam Pulau Sangiang.
Menurutnya ia bersama masyarakat dan dibantu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan mahasiswa, meminta kejelasan status lahan Pulau Sangiang kepada BPN atau instansi pemerintah terkait.
“Kami dibantu LBH dan mahasiswa untuk menuntut kejelasan, ada sekitar 40 Kepala Keluarga (KK) yang masih bertahan di Pulau Sangiang, dan beberapa yang lain sudah keluar dari Pulau Sangiang, karena terus diganggu kehidupannya,” tegasnya. (*)