Program Bedah Rumah di Tangerang Diduga Tak Beres, Rumah Tukang Becak Malah Tak Layak Huni
KOTA TANGERANG – Program bedah rumah yang direalisasikan Pemerintah Kota Tangerang, tak melulu menuai pujian. Program ini juga ternyata dikeluhkan lantaran dianggap tidak tuntas.
Seperti yang dirasakan Jambari (65), warga yang tinggal di jalan Masjid Al Mukhlisin RT 02/06 Kelurahan Jurumudi, Kecamatan Benda, Kota Tangerang.
Berharap rumahnya bisa layak dihuni melalui program bedah rumah keluarga, kakek yang berprofesi sebagai tukang becak ini justru dipaksa menghisap jempol.
Pasalnya, pasca proyek bedah rumah selesai, rumah Jambari bukan tambah bagus malah sebaliknya, seperti tidak layak huni.
Informasi yang berhasil dihimpun, Pemkot Tangerang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 juta untuk setiap rumah yang dibedah. Hanya saja, menurut Jambari, dalam proses membedah rumahnya, pemerintah hanya memberikan batu, pasir dan kayu kaso saja.
“Untuk kayu kusen, keramik bahkan genteng, memakai bekas rumah saya yang lama,” aku Jambari, Selasa lalu (21/2).
Jambari mengaku, saat belum dibedah, ia merasa nyaman tinggal di rumahnya meski tidak sebagus rumah yang lain. Tapi kondisi rumahnya setelah dibedah justru miris. Ia dipaksa merasakan dinginnya musim penghujan lantaran atap rumahnya bocor di mana-mana saat hujan panjang yang mengguyur Kota Tangerang sejak kemarin pagi.
“Saya juga bingung Pak. Kalau dikira-kira dari peralatan bangunan yang saya terima, paling-paling sekitar sepuluh juta rupiah. Padahal katanya bantuan yang sebenarnya sebesar dua puluh jutaan,” ujar Jambari dengan polosnya.
Sementara itu, Ketua Laziswaf Masjid Al-Mukhlisin, Ahmad Basori, menuturkan, program bedah rumah merupakan program Pemkot Tangerang yang yang sudah ada sejak kepemimpinan Wahidin Halim.
Bedanya, kata Basori, kali ini bedah rumah tidak sampai penuh, melainkan hanya dibantu senilai Rp 20 juta. Dengan dana itu diharapkan warga lainnya bisa ikut membantu.
“Pemilihan rumah yang akan dibedah pun diusulkan melalui Musrenbang,” katanya.
Namun melihat kondisi yang terjadi pada Jambari, Basori mengaku turut prihatin. Melalui lembaganya, ia menyatakan akan menyurati Walikota Tangerang agar bedah rumah Jambari minimal menjadi layak huni.
“Kami juga akan memberikan bantuan advokasi dan hukum apabila pelaksanaan di lapangan terdapat penyimpangan anggaran,” tegasnya.
Sebelumnya, akhir Januari kemarin Walikota Tangerang Arief R Wismansyah mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi pelaksanaan program bedah rumah. Pemkot Tangerang pada tahun ini menargetkan membangun 2.800 rumah sehat di berbagai wilayah yang tersebar di 13 kecamatan.
“Meski proses pembangunannya warga ikut serta juga, tetapi kami juga minta ikut mengawasi jika ada penyimpangan dalam proses penyaluran,” katanya.
Arief menjelaskan, partisipasi masyarakat adalah salah satu kunci suksesnya pembangunan. Tanpa ada partisipasi masyarakat, menurut dia, dapat berakibat pada kurang maksimalnya capaian program pembangunan.
Selain itu, bisa berdampak pada kurang terbangunnya kesadaran, kepedulian dari masyarakat terhadap lingkungan, dan kemajuan daerah. Karena itu, Pemkot Tangerang terus berupaya melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembangunan wilayahnya.
Untuk mewujudkan program Tangerang Berbenah, lanjut Arief, pihaknya turut melibatkan masyarakat agar setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat memenuhi harapan, kebutuhan, dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Tapi jika seperti hasilnya, program ini harus dievaluasi,” tandas Basori. (*)
Sumber: Warta Banten