Bukan Prioritas, RI Coret Proyek Pesawat R80 Habibie
JAKARTA – Pengembangan pesawat R80 resmi yang dirintis oleh BJ Habibie dihapus dari proyek strategis nasional (PSN). Hal ini berarti proyek tersebut tak lagi jadi prioritas pemerintah untuk direalisasikan 2020-2024, karena digantikan dengan pengembangan drone kombatan.
Pesawat R80 dirintis oleh Presiden ke-3 BJ Habibie melalui bendera swasta PT Regio Aviasi Industri (RAI) sebagai penerus pengembangan pesawat N250 yang tertunda kala krisis 1998. BJ Habibie sempat jadi chairman di PT RAI.
Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho, selaku pengembang pesawat R80, menilai keberlangsungan proyek R80 adalah kepentingan pemerintah sendiri. Ini tidak lepas dari rencana menggenjot perekonomian negara.
“Ini kepentingan pemerintah. Pemerintah itu punya rencana yang bagus, menjadikan Indonesia negara Ekonomi terbesar ke-5 di tahun 2045. Untuk itu kita harus tumbuh 7-8% per tahun. Nah itu tidak mungkin tanpa adanya percepatan dalam industri manufaktur,” kata Agung, Rabu (3/6/20/2020).
Dalam hal ini, menurutnya industri pesawat terbang menjadi penggerak utama karena itu banyak negara yang mengandalkan pengembangan industri pesawat.
“Amerika mati-matian mempertahankan teknologi kedirgantaraan, Rusia juga begitu, Jepang juga begitu, Jerman juga begitu, Perancis juga begitu, Malaysia dan Singapura juga begitu meskipun dia tidak punya industri pesawat terbang,” katanya.
Di samping itu, ia mengaku, upaya stakeholder untuk mengembangkan bisnis kedirgantaraan tetap berlanjut. Salah satunya melalui perumusan roadmap industri dirgantara yang disusun bersama Kemenristek Dikti.
“Saat ini kita sedang berproses untuk mendukung, untuk mewujudkan roadmap industri dirgantara yang didukung oleh pemerintah. Pemerintah ini sudah mengadopsi, Kemenristek itu sekarang memimpin penyusunan roadmap yang menginput seluruh stakeholder dirgantara bukan hanya RAI. Jadi ini sudah jadi gerakan nasional,” katanya.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe menegaskan bahwa proyek pengembangan drone canggih ini bukan bermaksud meninggalkan pesawat yang sudah dirancang oleh BJ Habibie.
“Kita sama sekali nggak ada meminggirkan atau meniadakan program R80 yang dikerjakan oleh RAI. Ini murni evaluasi dari Kemenko ekomomi bahwa program dirgantara apa aja yang masuk. Diantaranya N219 lalu drone MALE (Medium Altitude Long Endurance),” kata Wahyu kepada wartawan, Selasa (2/6/2020).
Ia mengungkapkan bahwa sebelum mendapat slot tempat menjadi proyek strategis nasional (PSN), drone ini berada di status bawahnya, yakni proyek riset nasional (PRN). Namun, setelah mengajukan kepada pemerintah, akhirnya drone yang lebih dipilih ketimbang pesawat R80.
“Kita sama-sama mengajukan. Jadi sebelumnya mereka masuk, juga punya kita belum masuk. Sekarang punya kita diusulkan untuk dimasukan. Tapi bukan artinya mengalahkan mereka,” katanya. (*/CNBC)