Warga Cibarengkok Lebak ini Tinggal di Hutan Tanpa Anak Istri, Simak Ceritanya
LEBAK – Belakang ini, terus bermunculan kisah-kisah hidup inspiratif yang dapat menggugah semangat dan mencerminkan keperibadian seseorang agar memiliki jati diri yang kuat dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan hidup yang sedang dihadapi, seperti Abah Suhra.
Abah Suhra menujukan keperibadian yang sangat sederhana, sabar dan tabah ditengah hiruk pikuk kehidupan yang tinggal di tengah hutan selama sekitar 5 tahun tanpa seorang istri dan anak.
Pria paruh baya ini hanya tinggal di rumah gubuk persis saung kebun yang ia jadikan tempat istirahat, ibadah dan tidur. Tempat Abah Suhra cukup jauh dari permukiman warga. Jika ditempuh dari Kampung Cibarengkok Hilir, Desa Cibarengkok, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten, jaraknya sekitar 1 kilometer (Km) lebih.
Alasan Abah Suhra tinggal di tengah hutan atau di lahan perhutani itu lantaran ia tak memiliki tanah mutlak (milik pribadi) yang bisa dijadikan tempat tinggal seperti warga umumnya.
“Abah teu boga imah deui jeung teu boga taneh pribadi (Bapak gak punya rumah lagi dan gak punya tanah pribadi),” ucapnya dengan menggunakan bahasa Sunda saat ditemui di kebunnya, belum lama ini.
Ia menjalani kehidupan ini setelah cerai dengan sang mantan istrinya yang tidak disebutkan namanya. Selama menjalin hubungan rumah tangganya, Abah Sukra dianugerahi 3 orang anak. Hanya saja, anak kesayangannya itu memilih tinggal di luar kampung.
“Pada jauh anak Abah mah. Beda kampung,” kata pria yang mengaku berumur 63 tahun itu.
Demi menjamin keberlangsungan hidupnya, Abah Suhra sehari-harinya hanya menanam pisang dan timun di lahan garapannya yang tak lain adalah milik Perhutani.
Dari pengakuannya, hasil cocok tanam itu lalu ia jual ke warga Desa Cibarengkok dan paling untung rata-rata mendapatkan keuntungan sebesar Rp50 ribu per minggunya. Terkadang, dalam kurun waktu tersebut Abah Suhra sama sekali tak memiliki penghasilan karena tanaman pisangnya yang sedikit, sehingga harus sabar menunggu hingga pisangnya bisa dijual kembali.
“Kadang jeung dahar sapopoe geh kurang (Terkadang buat makan sehari-hari juga kurang),” akunya.
Saat ini, Abah Suhra hanya mengharapkan do’a yang tulus dari dari saudara dan warga yang peduli terhadap dirinya, agar selalu diberikan kesehatan supaya bisa menjalankan aktivitas sehari-harinya supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Meskipun diakuinya sering mengalami sakit-sakitan.
“Do’a na bae ti kabehan sina sehat, ja ayena mah sok muriangan. Mereun karna ges kolot (Doanya saja dari semuanya supaya sehat, sekarang mah suka sakit-sakita. Mungkin karena sudah lanjut usia,” tutupnya.
Terpisah, Ketua RW 06 Kampung Cibarengkok Hilir, Desa Cibarengkok, Rasam berharap, agar (Abah Suhra) lebih diperhatikan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Sebab kata dia, jika melihat kondisi rumahnya saat ini sangat memprihatinkan.
“Mungkin lebih layak jika mendapatkan bantuan bedah rumah,” pungkasnya. (*/M.Arifin)