Loading...

Hoax, Cula Badak Ternyata Tak Memiliki Khasiat Obat untuk Manusia

IP UBP Suralaya HUT Cilegon

PANDEGLANG – Cula badak masih dipercayai banyak orang memiliki khasiat obat terutama bagi sebagian masyarakat di daratan China.

Cula badak diyakini bisa menyembuhkan penyakit kanker dan fungsi detoksifikasi (menghilangkan racun) bagi manusia, sehingga satu gram cula badak berharga lebih mahal dari emas.

Harga cula badak di pasar gelap mencapai angka yang fantastis yakni dihargai 60.000 dollar AS atau setara Rp 800 juta per kilogram.

Anggapan cula badak memiliki khasiat obat ternyata omong kosong, menurut hasil penelitian, organ tubuh yang secara unsur memiliki kandungan mirip kuku manusia tersebut ternyata sepenuhnya adalah keratin dan struktur tengah diisi kalsium dan melanin.

“Yang membuat cula badak tersebut kuat adalah kandungan kalsium dan melanin, untuk bagian luar dominasi keratin seperti pada kuku manusia,” tutur Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK), Mamat Rahmat, membantah adanya kandungan obat pada cula badak jawa, Senin (18/9/2017).

Pada dasarnya menurut Rahmat, cula lebih dibutuhkan badak daripada manusia, bukan saja untuk alat pertahanan diri si mamalia purba tersebut, namun juga sebagai alat keseimbangan seperti ekor.

“Cula badak lebih dibutuhkan badak daripada manusia, badak butuh cula untuk dia survive,” terang Rahmat.

Peredaran perdagangan cula badak memang sudah ramai sejak jaman Dinasty Ming dan banyak digunakan bangsa Arab untuk gagang belati, kekinian cula badak lebih banyak digunakan oleh bangsa China terutama Vietnam sebagai obat kanker dan penambah vitalitas pria.

Baru-baru ini, Afrika Selatan sudah melegalkan perdagangan cula badak dan telah menjual sebanyak 264 cula badak melalui lelang online pada Senin 21 Agustus 2017 lalu.

Sementara hasil laporan LSM Environmental Investigation Agency (EIA), tahun 2006 hingga Mei 2016, sebanyak 528 kilogram cula badak telah disita di China, dan 442 kilogram disita di Vietnam.

Berbeda dengan badak jawa, cula dari hewan ini tidak begitu laku di pasaran, karena pasar lebih suka cula dari badak putih India dan Afrika.

“Hal ini kita bisa lihat dari kasus perburuan badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, tidak pernah terjadi, bahkan dari beberapa kasus kematian badak jawa, semuanya masih utuh tidak ada cula badak yang hilang,” jelas Mamat Rahmat. (*/yar)

WhatsApp us
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien