Selama Ramadan 2025, Tradisi Ngaji Kitab Kuning di Lebak Masih Melekat
LEBAK– Bulan Ramadan, selalu membawa suasana religius yang kental di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Lebak.
Salah satu tradisi yang masih bertahan dan terus dilestarikan adalah ngaji Kitab Kuning, sebuah kegiatan keagamaan yang menjadi bagian dari identitas masyarakat pesantren dan kaum santri di wilayah ini.
Di berbagai pondok pesantren dan masjid, para santri serta masyarakat umum tetap antusias mengikuti kajian Kitab Kuning yang membahas berbagai aspek ilmu agama, mulai dari fiqih, tauhid, hingga tasawuf.
Kegiatan ini biasanya digelar setelah shalat Subuh atau Tarawih dan diisi oleh para kiai yang memiliki keilmuan mendalam dalam Islam klasik.
“Ngaji Kitab Kuning bukan sekadar tradisi, tapi juga warisan intelektual Islam yang harus dijaga. Melalui kitab-kitab karya ulama terdahulu, kita bisa memahami agama lebih mendalam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kiyai Adi Wibowo, salah satu pengasuh pondok pesantren di Lebak kepada Fakta Banten, Senin (17/3/2025).
Bagi masyarakat Lebak, terutama di kalangan santri, Ramadan menjadi momen yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada ilmu agama.
Selain itu, banyak pemuda yang memanfaatkan waktu libur untuk mengikuti kajian Kitab Kuning di pesantren atau majelis taklim yang tersebar di berbagai kecamatan.
Menurut Ustaz Fauzan, seorang pengajar kitab di salah satu pesantren di Rangkasbitung, tradisi ini terus bertahan karena memiliki nilai keberkahan tersendiri.
“Banyak orang tua yang mendorong anak-anaknya untuk mengaji di bulan Ramadan. Ini menjadi bagian dari budaya pendidikan Islam yang telah berlangsung turun-temurun,” katanya.
Meski teknologi semakin berkembang dan akses terhadap ilmu agama bisa didapat melalui internet, masyarakat Lebak tetap menjadikan ngaji Kitab Kuning sebagai tradisi yang tak tergantikan.
Interaksi langsung dengan para kiai serta metode pengajaran yang berbasis sanad (jalur keilmuan yang tersambung hingga Rasulullah) menjadi alasan utama mengapa tradisi ini tetap diminati.
Keberlanjutan tradisi ngaji Kitab Kuning di Lebak menandakan bahwa masyarakat masih memegang erat ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menjadi ajang menambah ilmu, kegiatan ini juga mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) di tengah era modernisasi yang kian pesat.
Dengan semangat Ramadan yang masih membara, diharapkan tradisi ini tetap lestari dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. (*/Sahrul).