Yayasan Tunas Insan Kamil Ajak Orang Tua Antisipasi Bahaya Gadget Pada Anak

PWI Peduli

SERANG – Perkembangan tekhnologi yang makin berkembang pesat, membuat alat-alat elektronik semakin canggih, tidak terkecuali dengan gadget. Semua orang seolah dimudahkan dengan kehadiran gadget yang berkembang menjadi kebutuhan sehari-hari di era digitalisasi seperti sekarang, masyarakat sekarang lebih punya kecenderungan terhadap gadget, begitu pun dengan anak-anak.

Guna menyikapi fenomena yang terjadi, Tunas Insan Kamil menggelar seminar parenting tentang bahaya kecanduan anak pada gadget, Sabtu (17/3/2018), di TK Tunas Insan Kamil, Cipocok, Kota Serang.

Ketua Yayasan Insan Cita Albanteni yang membawahi Tunas Insan Kamil, Agus Ma’mun, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk lebih mendekatkan pihak sekolah dengan para orang tua.

“Orang tua dan sekolah harus saling membutuhkan dan saling memahami bagaimana sistem pendidikan dan pelatihan,” ucapnya.

Ia pun mengungkapkan digelarnya seminar tersebut lebih kepada bentuk kepedulian dan keprihatinan pihaknya terhadap dinamika yang terjadi saat ini, dimana banyak orang tua sekarang lebih mendekatkan anaknya pada gadget tanpa tau bahaya kedepannya.

“Bagi saya, gadget itu seperti pisau, jadi bagaiman supaya penggunaannya tersebut bisa digunakan untuk hal bermanfaat. Dan tidak digunakan untuk melukai orang lain, bahkan dirinya sendiri,” ujarnya.

“Untuk itu kita berikan pemahaman kepada para orang tua, karena penggunaan gadget itu bisa menguntungkan dan merugikan,” imbuhnya.

Narasumber yang juga seorang Peneliti Anak dari Yayasan Pengembangan Media Anak Jakarta, Meiftia Eka menuturkan, bahwa kegiatan tersebut bentuk antisipasi yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Insan Kamil untuk memberikan persepsi kepada orang tua, agar para orang tua bisa lebih paham dan tau bahaya penggunaan gadget berlebihan kepada anak.

“Sekarang anak-anak punya kecenderungan sama gadget, sudah seperti teman, kita harus lihat bahwa gadget itu punya dua wajah, negatif dan positif,” ucap Meiftia.

Karena menurutnya, saat ini orang tua memberikan gadget kepada anak sebatas memberikan sarana permainan tanpa ada sisi pendidikan yang diberikan.

“Orang tua harus ubah perspektifnya, bahwa tidak semua yang canggih itu tidak melulu bagus, dan juga tidak jelek,” ujarnya.

“Untuk itu orang tua harus aware dan punya pengetahuan terhadap persoalan itu, untuk bisa lebih memberikan batasan dan kontrol terhadap penggunaan gadget oleh si anak, sehingga tidak berdampak negatif bagi perkembangan si anak,” imbuhnya.

Ia pun menghimbau kepada para orang tua untuk melakukan evaluasi terhadap kepemilikan gadget oleh si anak, harus diliat sudah pantas atau tidaknya si anak kenal dengan yang namanya gadget. Ia pun menilai, kalau pun harus diberikan, orang tua harus tau tujuan diberikannya gadget dengan memberikan batasan dan pengawasan yang baik.

“Buka ruang diskusi dengan anak, boleh maen gadget tapi harus ada bimbingan, filter agar tidak ada konten yang tidak layak,” himbaunya.

“Jangan dibelikan terus diberikan begitu saja,” tegasnya.

Karena menurut peneliti anak tersebut, pendampingan orang tua tidak harus selalu berada disampingnya ketika si anak bermain gadget, tapi lebih ke pengawasan history dan melakukan pertanyaan-pertanyaan terkait apa yang sudah dilihat si anak pada gadget.

“Tanya tadi buka apa aja, terus bagaimana, biar ada komunikasi dua arah dan jadi ruang diskusi juga,” bebernya.

Ia pun menjelaskan ada dampak psikis yang akan dialami si anak ketika mereka dibiarkan bermain gadget tidak sebagaimana mestinya.

“Jadinya ada adiksi, dia bakal seneng maen dengan gadget dibanding berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya,” tandasnya.

Ia meminta agar para orang tua bisa lebih bertanggungjawab terhadap perkembangan anak dengan tidak membiarkan anak lebih dekat dengan gadget.

“Ada radiasi yang berbahaya dari gadget bagi si anak, itu akan menggangu ke saraf motoriknya, bahkan besar kemungkinan terjadi gangguan pada matanya,” jelasnya.

Ia pun menyatakan kepada orang tua, untuk tidak mengenalkan gadget pada anak di usia 0-2 tahun, dan memberikan pembatasan paling lama 2 jam sehari kepada si anak di usia 2 tahun keatas saat menggunakan gadget. (*/Ndol)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien