Peringati Hari Anak, Sanggar Wuni Kreasi Gelar Parenting untuk Para Orangtua
CILEGON – Seorang anak menangis keras siang itu, matanya lebam, air matanya tak kunjung habis. Menurut orangtuanya ia menangis lebih dari 30 menit. Saat pulang sekolah, ia meminta agar dibelikan gadget. Namun karena tak kunjung dituruti, anak itu tetap berusaha meminta dengan beragam cara, mulai merengek setiap hari, mengamuk melemparkan barang-barang hingga menangis sekenceng-kencengnya dengan tujuan agar orangtuanya membelikan gadget untuknya. Merasa iba dan kasihan, orangtunya terpaksa membelikan.
Bermula dari satu anak memilki gadget yang difasilitasi orangtuanya membuat anak –anak lainnya memiliki keinginan untuk memilikinya. Beberapa faktor orangtua pada umumnya memberikan fasilitas pada anak ialah rasa kasihan dan iba, berpikir anak-anak yang lainnya sudah memakai gadget namun anaknya belum, ditambah lagi bila anaknya sampai menangis meminta. Hal ini membuat penggunaan gadget pada anak semaikn massif. Tak hanya itu, tak mau repot anaknya merengek, terkadang orangtua memberikan gadget begitu saja kepada anaknya, yang penting si anak diam dan anteng.
Malam hari yang sunyi di sebuah gardu ronda, seorang pria muda mengeluh soal anaknya yang sudah kecanduan gadget, bila diminta langsung menangis. Tak jarang aktivitas di rumah anak lebih banyak bermain gadget dibanding aktivitas dengan keluarga atau bermain dengan teman sebayanya. Meskiupun terkadang gadget menjadi pegangan saat bermain dengan teman-temannya.
Bahkan, saat orangtuanya pulang dari kerja misalnya, sang anak bukan lagi merindukan ayahnya, tapi langsung meminta gadget untuk ia mainkan.
Dalam obrolan tesebut, aplikasi youtube paling banyak dipakai untuk mengekslplore apapun yang anak temui di aplikasi tersebut, tanpa saringan, tanpa bimbingan dan tanpa pengawasan orangtuanya, anak bebas mengakses apa saja.
Mayoritas orangtua di perkampungan tak mengetahui bagaimana cara menghadapi anak bila sudah kecanduan gadget. Memberikan langsung menjadi sebuah pilihan yang tak terelakan. Pengetahuan orangtua tentang pendampingan anak untuk mengarahkan ke hal yang positif melalui aplikasi youtube maupun aplikasi lainnya masih sangat minim. Kebanyakan orangtua melepas begitu saja bila anak sudah menggunakan gadget tanpa didampingi.
Sebuah Kasus di Bondowoso
Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur pernah merawat anak yang kecanduan gadget dan latptop hingga menimbulkan gangguan jiwa. Kedua pasien tersebut merupakan siswa SMP dan SMA. Tingkat kecanduan gadget pada anak tersebut tergolong parah. Bahkan, anak tersebut membentur-benturkan kepalanya ke tembok ketika sangat ingin menggunakan gadget namun dilarang oleh orangtuanya.
dr. Dewi Prisca Sembiring, Sp.Kj, yang menangani 2 anak tersebut, seperti dikutip dari antaranews.com, ia meyakini bahwa banyak anak lainnya yang mengalami hal serupa, namun orang tua mereka enggan membawa anaknya ke rumah sakit atau kurang menyadari tentang masalah yang sedang dihadapi anak.
Bahkan hasil penelitian psikotes terhadap pasien tersebut menunjukan bahwa pasien itu telah mengidentifikasi dirinya sebagai pembunuh. Sementara orang yang paling dibencinya adalah orangtuanya yang dianggap sebagai penghalang dirinya untuk berhubungan dengan gadget.
Sebuah Upaya
Kasus di Bondowoso menjadi peringatan bagi para orangtua. Sanggar Wuni Kreasi yang merupakan komunitas berbasis kemasyarakatan di Kota Cilegon terpanggil untuk melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat. Hal ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan sebagai kepedulian terhadap masa depan anak.
Hari Anak Nasional tahun 2018 menjadi momentum yang tepat bagi Sanggar Wuni Kreasi untuk memberikan pemahaman kepada orangtua yang memiliki permasalahan gadget dan anak langsung dari pakarnya. Pada Senin tanggal (23/7/2018) Sanggar Wuni Kreasi memperingati Hari Anak Nasional tahun 2018 dengan menggelar parenting kepada para orangtua. Tema yang diangkat kali ini ialah “Pengaruh Gadget dalam Perkembangan Anak”.
Cholis, founder Sanggar Wuni Kreasi mengaku prihatin dengan anak-anak di lingkungannya yang masih balita sudah kecanduan gadget. Mayoritas orangtua tak paham bagaimana menangani anak bila sudah seperti itu. Orangtua menjadi peran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam usia Balita anak cenderung menirukan perilaku orangtuanya.
“Upaya yang kami lakukan adalah sosialisasi kepada masyarakat terkait masalah anak dan gadget. Menginformasikan kepada warga tentang bagaimana menangani anak yang sudah kecanduan,” ujarnya.
Sebagai komunitas berbasis kemasyarakatan, kami mencoba mengurai permasalahan-permasalahan yang ada. Hari Anak Nasional menjadi momentum bagi kami di Sanggar untuk melakukan sesuatu.
“Berawal dari keresahan. Warga juga ada yang mengusulkan agar dibuat acara parenting soal perkembangan anak,” ungkapnya.
Rusdi Ikhsan, Lurah Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan, yang menghadiri acara tersebut saat sambutan memberikan apresiasi kepada Sanggar Wuni Kreasi yang telah memiliki kesadaran dalam tanggung jawab sosial di masyarakat.
Masalah gadget saat ini memang paling banyak dikeluhkan oleh orangtua. Disatu sisi orangtuanya juga memfasilitasi. Para orangtua masih bingung menghadapi anak-anak seperti ini, harus bagaimana. Parenting ini sangat membantu orangtua di Kampung untuk memahami dan mengatasi permasalahan anak dan gadget.
“Pernah ada kasus sampai anaknya mau bunuh diri gara-gara meminta gadget tapi tak diberikan orangtuanya. Awalnya anak ini main melihat teman-temannya menggunakan gagdet. Karena orangtuanya nyari uang saja susah, apalagi membelikan gadget. Akhirnya si anak ngamuk dan mengancam bunuh diri,” katanya.
Sementara itu, Adiyati, salah satu pembicara dalam materinya, orangtua harus denga penuh kasih sayang membimbing dan mengarahkan anaknya. Orangtua juga berperan penting kenapa anaknya bisa kecanduan gadget.
“Anak itu meniru, perilaku orangtua anak-anak akan meniru. Menciptakan keluarga yang bahagia tanpa memberikan gadget kepada anak-anak aplagi usia balita adalah salah satunya. Ajak bermain, penuhi aktifitas dengan anak,” ungkapnya di sela-sela acara. (*/Red)