BMKG Sebut Tsunami di Selat Sunda Akibat Letusan Gunung Anak Krakatau

JAKARTA – BMKG memastikan gelombang tinggi di Pantai Anyer, Banten, dan Lampung, merupakan tsunami diduga akibat longsoran letusan Gunung Anak Krakatau. Hal ini diperparah dengan adanya gelombang tinggi yang memang sudah terjadi di kawasan Selat Sunda.

“Sebelumnya BMKG sudah memberikan warning untuk gelombang tinggi. Dalam waktu bersamaan, mungkin gelombang tinggi sekarang tsumami. Mungkin saja memicu tsunami kecil bersamaan gelombang tinggi tsunami sehingga air sampai masuk ke daratan,” jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, saat konferensi pers di kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).

BMKG sudah memberikan peringatan dini gelombang tinggi hingga 2 meter di kawasan Selat Sunda. Peringatan dini ini berlaku pada 21-25 Desember 2019. Longsoran material letusan Gunung Anak Krakatau ini diduga membuat gelombang semakin tinggi dan menyebabkan tsunami seperti yang terjadi di Anyer dan Lampung.

BI Banten

Rahmat menjelaskan, saat gelombang tinggi pertama kali melanda kawasan pesisir Selat Sunda, pada Sabtu (22/12) pukul 21.27 WIB, memang belum bisa disebut tsunami karena datanya masih minim. Terlebih, tidak ada aktivitas kegempaan atau tektonik yang terjadi di sekitar lokasi.

Di sisi lain, data pasang surut dari papan pengukuran (tidegauge) menunjukkan adanya peningkatan tinggi muka air.yang tertinggi mencapai 0,9 meter. Rupanya, di saat bersamaan, pada pukul 21.03 Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi.

“Makanya kita mengindikasikan tsunami yang terjadi di Selat Sunda akibat dugaan sementara akibat Gunung Anak Krakatau,” ucap dia. (*/Kumparan)

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien