Mengenal Al-Khawarizmi, Bapak Matematika Penemu Angka Nol dan Al-Goritma
CILEGON – Penemu angka nol, penggagas algoritma, perintis konsep aljabar dan masih banyak penemuan penting lainnya. Itulah sederet prestasi seorang muslim yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Namanya Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Seorang ilmuwan besar pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah. Dia adalah Bapak Matematika.
Lahir di kota Khawarizmi (Khiva), Uzbekistan pada tahun 780 M/ 164 H, dia adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Sejak kecil Al-Khawarizmi telah bermigrasi bersama kedua orang tuanya menuju kota Baghdad, Irak. Saat itu Irak di bawah pemerintahan Khalifah al Ma’mun (813-833 M) yang juga sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan.
Karena kecerdasan dan kegigihannya dalam belajar, Al Ma’mun memasukan Al-Khawarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah atau Darul Hikmah (Wisma Kearifan) di Baghdad. Sebuah lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Di negara tersebut, Al Khawarizmi mendapat kepercayaan dari khalifah untuk melakukan sejumlah tugas riset ilmiah dan tugas-tugas khusus lainnya. Dia juga pernah menerjemahkan buku berbahasa Sansekerta yang berjudul Siddhanta kedalam bahasa Arab. Buku yang membahas ilmu astronomi ini, diterjemahkan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa Arab dengan sangat baik.
Pada masa itu, bahasa Sansekerta merupakan bahasa yang banyak diminati orang untuk dipelajari. Penyebabnya bahasa Sansekerta merupakan bahasa pengantar dari buku-buku ilmu pengetahuan India. Pada tahun 830 M, Al-Khawarizmi mendapat tugas lagi untuk menerjemahkan buku geografi karya Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani.
Bidang Geografi
Setelah sukses menjadi penerjemah, Al-Khawarizmi mulai menulis buku. Buku pertama yang ditulisnya berjudul Shuratul Ardhi (peta dunia). Dalam bukunya ini, Al-Khawarizmi membagi bumi menjadi tujuh daerah yang disesuaikan dengan perubahan iklim. Peta dunia karya Al-khawarizmi ini dijadikan model oleh ahli-ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia. Buku ini membenarkan pendapat Ptolemaeus dan menulis peta yang lebih detail darinya.
Selain itu, Al Khawarizmi juga menulis buku berjudul Taqwim A Buldan. Seorang orientalis Italia, Carlo Nalino mengakui bahwa buku-buku yang ditulis Al Khawarizmi dalam ilmu geografi dan astronomi bukan hanya sekedar kutipan dari Yunani, tetapi dia telah mampu membuat ilmu georgrafi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Bidang Astronomi
Bersama para ilmuwan lainnya, Al-Khawarizmi kemudian membuat tabel perhitungan astronomi yang dapat digunakan untuk mengukur jarak dan kedalaman bumi. Karyanya ini diterima oleh para ilmuwan di Yunani, India dan Cina. Pada tahun 1226, tabel ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi dasar penelitian astronomi.
Al-Khawarizmi juga membuat diagram astronomi seperti yang dimuat dalam bukunya yang berjudul As-Sanad Hind. Sebagaimana dia juga menulis beberapa buku penting dlam ilmu astronomi, diantaranya buku berjudul Al-Amal bi Al-Istharlahdan buku Jadwal An-Nujum wa Harakatuha
Selanjutnya, dia pun mulai dikenal sebagai orang jenius yang mahir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang matematika. Tulisan-tulisan karya ilmuwan Yunani dikoreksi kesalahannya oleh Al-Khawarizmi, kemudian dikembangkannya sedemikian rupa sehingga menjadi mudah dipahami.
Konsep Aljabar
Al-Khawarizmi menulis buku matematika yang berjudul Hisab Aljabar wal Muqabalah. Buku ini berisi tentang persamaan linear dan kuadrat. Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara menyederhanakan suatu persamaan kuadrat. Aljabar merupakan cabang matematika yang mempelajari penyederhanaan dan pemecahan masalah menggunakan “simbol” sebagai pengganti konstanta dan variabel.
Aljabar berarti mengembalikan sesuatu kepada keadaannya yang pertama seperti menguraikan angka pecahan. Adapun dalam istilah matematika adalah menambah sejumlah angka tertentu untuk dua tambahan dengan tujuan memudahkan penyelesaiannya. Sedangkan almuqabalah(penyesuaian) artinya menyamakan antara satu angka dengan angka yang lain dan menghasilkan suatu nilai.
Buku ini sangat berarti secara ilmiah dan memiliki sejarah yang besar. Di dalamnya, dia merumuskan dan menjelaskan secara detail tentang tabel Trigonometri. Tabel Trigonometri yang memuat Sinus dan Tan merupakan salah satu penemuannya. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Robert of Chester agar menjadi salah satu pendorong bagi kebangkitan keilmuan Eropa.
Tentang Bilangan Nol
Angka nol penting bagi suatu bilangan dan tentu berpengaruh terhadap ilmu-ilmu menghitung, ilmu pasti, ilmu alam, serta ilmu lainnya, dan Al-Khawarizmi lah yang pertama kali menemukan bilangan nol. Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka.
Nol adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol memainkan peran penting dalam matematika, yakni sebagai identitas tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol digunakan untuk tempat dalam sistem nilai tempat.
Dengan penggunaan angka tersebut maka kata Arab Shifr yang artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis menjadi kata chiffre, dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa Inggris menjadi cipher. Bilangan nol ditulis bulat dan di dalamnya kosong.
Al-Khawarizmi-pun memperkenalkan tanda-tanda negatif yang sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab. Para matematikawan di seluruh dunia mengakuinya dan berhutang budi kepada Al-Khawarizmi. Ia juga mengarang buku sundials (alat-alat petunjuk waktu dengan bantuan bayangan sinar matahari).
Algoritma
Kata “algoritma” berasal dari latinisasi nama Al-Khawarizmi, sebagaimana tercantum pada terjemahan karyanya dalam bahasa Latin pada abad ke-12, yakni algorithmi de numero Indorum, Awalnya, kata “algorisma” adalah sitilah yang merujuk pada aturan-aturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab (sebenarnya dari India). Kemudian, pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi algortima yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Hal yang pertama ditekankan dalam alur pemikiran untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dituangkan secara tertulis adalah alur pikiran. Sehingga, algoritma seseorang bisa berbeda dengan algoritma orang lain. Adapun penekanan kedua adalah tertulis, yang artinya dapat berupa kalimat, gambar atau tabel tertentu.
Pada tahun 847 M, Al-Khawarizmi wafat dalam usia 67 tahun. Ia meninggalkan kenangan abadi bagi para ilmuwan matematika di seluruh dunia. Ia digelari Bapak Matematika karena keberhasilannya dalam memajukan cabang ilmu ini hingga mencapai puncaknya.
Al-Khawarizmi meninggal dunia pada tahun 840 M dengan mewariskan berbagai khazanah ilmu pengetahuan. Buah pikirannya pun banyak disumbangkan pada peradaban dunia dan masih dapat kita manfaatkan hingga saat ini. Dengan begitu, namanya tetap abadi sejalan dengan pemanfaatan umat manusia atas pemikirannya. Semoga kita dapat meneladani kegigihan dan keuletannya dalam belajar. (*/gomuslim)