Kontroversi AstraZeneca, Vaksin COVID-19 yang Diimpor Indonesia
JAKARTA – AstraZeneca/Oxford untuk COVID-19 buatan Inggris menuai kontroversi. Dilaporkan ada kejadian pembekuan darah (blood clot cases) termasuk dua kasus fatal di Austria dan Denmark setelah penyuntikan vaksin ini pada bets ABV5300, ABV3025, dan ABV2856.
Sebanyak 15 negara di Eropa untuk sementara tak lagi menggunakannya. Tapi ada pula yang tetap lanjut. Beberapa badan otoritas obat seperti European Medicines Agency–EMA (Uni Eropa), Medicine Health Regulatory Authority–MHRA (Inggris), Swedish Medical Product Agency (Swedia), Therapeutic Goods Administration–TGA (Australia), dan Health Canada (Kanada) memutuskan tetap menjalankan vaksinasi dengan vaksin ini karena manfaatnya lebih besar.
Hal ini didasarkan pada hasil uji klinik–di mana tidak ada indikasi keterkaitan antara vaksin dengan kejadian pembekuan darah. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang telah menerima 1,1 juta dosis vaksin ini? Walaupun vaksin dengan nomor bets yang dilaporkan bermasalah tidak masuk ke sini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dalam siaran pers, Rabu (17/3/2021), menyatakan bersama dengan tim pakar Komnas Penilai Obat, Komnas PP KIPI, dan ITAGI bakal melakukan kajian lebih lanjut.
BPOM juga berkomunikasi dengan WHO dan badan otoritas obat negara lain untuk mendapatkan hasil investigasi dan kajian yang lengkap serta terkini terkait keamanan AstraZeneca. Meski terdapat laporan sejumlah kasus setelah vaksinasi, BPOM memastikan izin penggunaan kondisi darurat (emergency use authorization/EUA) tidak dicabut.
Hal ini juga dinyatakan WHO dalam penjelasannya tanggal 12 Maret 2021. Sementara riset berjalan, “AstraZeneca direkomendasikan tidak digunakan,” tulis BPOM.
Alasan Satgas COVID-19 soal Penundaan Vaksin AstraZeneca Bukan berarti di masa depan AstraZeneca tak bakal digunakan sama sekali. Juru Bicara Vaksin Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, saat memberikan keterangan pers melalui daring, Selasa (16/3/2021), bilang 1,1 juta vaksin vaksin AstraZeneca akan selesai disuntikkan sebelum masa simpan berakhir di akhir Mei 2021.
“Kita cukup yakin bahwa akan habis bahkan sebelum masa simpannya di bulan Mei itu berakhir. Karena kemampuan penyuntikan kita saat ini itu sudah 300 ribu lebih per hari. Kalau misalnya pada populasi tertentu. Kita bikin 200 ribu saja maka akan selesai dalam lima hari,” ujarnya.