Al-Khairiyah Citangkil Mengisi Hari Santri dengan Semaan Al-Qur’an
CILEGON – Dalam mengisi momentum Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/ 2017), para Santri Taruna Islam Pondok Pesantren Al-Khairiyah Citangkil mengadakan Semaan Al-Qur’an (tradisi membaca dan mendengarkan pembacaan Al-Qur’an).
Para santri ditantang menunjukkan kemampuannya dalam hafalan Al-Qur’an terutama pada juzz 29 – 30, di hadapan para ustadz pengasuh ponpes Al-Khairiyah.
Di tengah santri bergantian melantunkan hafalan Al-Qur’an, para santri lainnya serta ada keluarganya yang berkunjung turut menyema’ atau mendengarkan dengan seksama.
“Kegiatan ini selain menguji hafalan para santri, bisa mendorong para santri untuk mendalami Al-Qur’an sebagai pedoman dasar ajaran agama Islam,” ujar Ali Mujahidin, Ketua PB Al-Khairiyah ditemui di kantornya, Senin (23/10/2017).
Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil Haji Mumu ini menjelaskan peran dan jasa santri yang begitu besar terhadap bangsa Indonesia sebelum masa kemerdekaan.
“Kontribusi pesantren bahkan sudah dilakukan sejak sebelum berdirinya Indonesia. Melalui lembaga pendidikan keagamaan, pesantren menjalankan tugas mencerdaskan anak bangsa. Pada tahun 1945 melalui ‘Resolusi Jihad’ Syaikh Hasyim Asy’ari, para santri ikut berperang melawan penjajah, begitupun di Cilegon dengan peristiwa ‘Geger Cilegon’ yang dikomandoi KH Wasyid. Saya kira sudah sewajarnya negara memberikan dan penghargaan kepada santri, kyai, dan pesantren dengan momen Hari Santri Nasional ini,” terangnya.
Saat ditanyakan harapannya, Haji Mumu berharap kedepan para Santri Taruna Islam Al-Khairiyah bisa mengabdikan diri di Kepolisian maupun TNI sebagaimana pendirinya.
“Secara spesifik dengan bekal aqidah dan ilmu agama, saya berharap para santri kita ini ke depan berminat dan bisa menjadi taruna di Kepolisian maupun TNI, bukan hanya perwira biasa tapi bercita-cita menjadi petinggi atau jenderal di kedua lembaga negara tersebut, sebagaimana Brigjen KH Syam’un pendiri Al-Khairiyah dulu,” pungkasnya. (*/Ilung)