CILEGON – Kegiatan tadarus Al-Qur’an atau Mikran yang sudah menjadi tradisi selama bulan suci Ramadhan di Kota Cilegon, dan dilakukan pada malam hari dengan pengeras suara di masjid-masjid dan mushola yang hingga kini masih terus berjalan.
Namun, upaya pelestarian tradisi Mikran yang sudah melekat pada masyarakat Cilegon di bulan Ramadhan tahun 1439 Hijriyah kali ini, justru tidak dilakukan oleh pihak pengelola atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Ikhlas atau Masjid Agung Cilegon, yang pada malam hari menutup atau mengunci pintu dan pagar masjid yang sudah menjadi ikon kota santri tersebut.
Sehingga keberadaannya dianggap tidak turut menghidupkan malam bulan suci puasa yang merupakan ladang amalan ibadah sunnah, khususnya Mikran ini. Apalagi sudah selesai dibangunnya Islamic Center yang berada di lingkungan Masjid Agung sebagai pusat pendidikan Islam.
“Ini bagaimana sih kok Masjid Agung kalau malam ditutup. Kan kalau mau Mikran yang merupakan tradisi Cilegon nggak bisa kalau pagarnya digembok begitu,” keluh Ali.
Keluhan juga diutarakan oleh Ketua Himpunan Marawis Cilegon, Hasidi. Dirinya menyesalkan pihak DKM Masjid Agung yang tidak turut melestarikan kearifan lokal Mikran dan menutup akses warga untuk melakukan amalan ibadah lainnya, selama Ramadhan.
“Tidak seharusnya masjid sebagai sarana fasilitas umum dan tempat ibadah ditutup begitu, kan yang mau Mikran gak bisa belum nanti untuk i’tikaf,” ujarnya.
Hasidi yang juga Jurnalis anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini merasa kecewa, karena ketika dirinya berada di Rumah Dinas Walikota (lokasi kantor PWI dan dekat Masjid Agung) hendak Mikran tidak bisa.
“Tadinya usai rapat dengan temen-temen PWI, saya mau Mikran di masjid terdekat (Masjid Agung), tapi karena digembok ya nggak bisa. Kalau emang alasannya keamanan, kan bisa adakan keamanan,” sesalnya.
Dari pantauan langsung faktabanten.co.id Minggu (20/5/2018) dinihari sekitar pukul 00.30 WIB, memang pagar tinggi Masjid Agung tersebut dalam kondisi tertutup rapat.
Tutupnya tempat ibadah umat Islam termegah di kota santri itu dibenarkan oleh Wongso (50) salah satu pedagang yang berada di kawasan tersebut.
“Iya benar tiap malam tutup kang, biasanya ditutup jam 10 an lah. Gak tahu kenapa itu,” terangnya.
Sementara itu, Ketua DKM Masjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon, KH Abdul Karim Ismail, belum bisa ditemui untuk dikonfirmasi soal tutupnya masjid tersebut pada malam hari. (*/Ilung)