Akhirnya, Cucu Asmin Warga Miskin di Citangkil Bersekolah Kembali

CILEGON – Malang benar nasib yang dialami Sandi (14), seorang yatim cucu dari Asmin (70) warga miskin di link Kelelet Ketapang RT 11 RW 04, Kelurahan Deringo, Kecamatan Citangkil harus putus sekolah, karena tidak ada biaya.

Sandi putus sekolah sejak ayah tercintanya meninggal dunia, ketika Sandi memasuki kelas 2 di Sekolah lingkungan Crapcak, Kelurahan Banjarnegara, Kecamatan Ciwandan.

Semenjak ayahnya meninggal hingga kini Sandi tidak bersekolah disebabkan dia merasa iba dengan Ibu, Kakek dan neneknya harus banting tulang untuk menyekolahkannya. Menurut Sandi, dari pada ibu, kakek dan neneknya harus banting tulang Ia lebih baik berhenti sekolah untuk meringankan beban hidup keluarganya.

“Saya berhenti sekolah ketika mame (ayah) meninggal dunia, saya nggak tega ibu, kakek, nenek harus membanting tulang mencari uang sebagai pemulung dan kuli membuat emping buat biaya saya sekolah,” ujar Sandi dengan mata berkaca – kaca, Selasa (8/10).

Sebenarnya lanjut Sandi, banyak yang menyayangkan Ia berhenti sekolah. Dari ibunya, tetangga bahkan sampai Ketua RT pun melarang berhenti sekolah.

“Banyak yang menyayangkan saya berhenti sekolah, dalam hati kecil saya, saya mau sekolah tapi karena nggak tega melihat mereka (Ibu, Kakek dan Nenek) membanting tulang jadi dengan berat hati keinginan untuk bersekolah lagi semunya pupus,” katanya.

Dan untuk mengisi waktu lanjut Sandi, Ia mempelajari seni beladiri Pencak Silat yang ada di lingkungan Weri, Kelurahan Kebonsari.

“Dari pada jenuh saya akhirnya ikut temen mempelajari pencak Silat,” katanya.

Madrasah Tsanawiyah Al – Khairiyah Pekalongan Ajak Sandi Bersekolah

Mendengar ada warga di lingkungan Kelelet Ketapang putus sekolah akhirnya Ketua Karang Taruna Kelurahan Deringo Opa Muktafa yang sekaligus Kepala Sekolah Madrasah Tsnawiyah Al – Khairiyah Pekalongan terketuk hatinya dan langsung mendatangi kediaman Sandi.

“Setelah mendengar bahwa ada anak yatim putus sekolah saya langsung mencari tahu, dan menanyakan ke orang tuanya ternyata benar, bahwa Sandi berhenti sekolah karena tidak ada biaya,” katanya.

Untuk mengajak Sandi bersekolah lanjut Opa, perlu penjelasan yang memakan waktu cukup lama, karena Sandi tegas tidak mau meneruskan sekolah karena faktor biaya.

“Namun karena semua menasehati akhirnya lambat laun Sandi luluh hatinya dan bertekad melanjutkan sekolah,” katanya.

Semua biaya dari buku tulis, LKS dan peralatan Sekolah kata dia, ditanggung pihak sekolah.

“Untuk Sandi pihak sekolah menggratiskan semuanya, tidak dipungut biaya sepeserpun sampai Sandi lulus Madrasah,” katanya.

Sementara itu Lurah Deringo, Kecamatan Citangkil Edi Qodratulloh mengapresiasi pihak Sekolah Madrasah Tsnawiyah Al – Khairiyah Pekalongan yang sudah membujuk dan menerima Sandi agar bersekolah.

“Apresiasi kepada pihak Madrasah Tsanawiyah Al – Khairiyah atas kepedulianya yang memberikan kesempatan Sandi untuk bersekolah kembali dengan gratis,” katanya.

“Saya berpesan kepada Sandi, tekun belajar, hormati guru, dan ikuti semua mata pelajaran, doa saya semoga Sandi menjadi anak yang berguna bagi orang tua,” katanya.

Diketahui, Sandi adalah cucu dari Asmin seorang warga miskin yang hidup di rumah gubuk terpal dan berlantai tanah.

Karena banyak yang iba dengan kondisi rumahnya serta kondisi hidupnya yang memperihatinkan, akhirnya gubuk terpal yang kumuh itu dibangun oleh warga dan para donatur menjadi bangunan semi permanen yang layak untuk ditempati. (*/Red)

Honda