CILEGON – Baru-baru ini, China mengatakan bahwa proyek Bulan tiruan mereka sudah bisa digunakan mulai 2050 mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation, alias badan antariksa milik pemerintah Negeri Tirai Bambu.
Bulan tiruan yang berupa panel surya luar angkasa itu rencananya bakal diluncurkan setahap demi setahap mulai 2020. Nanti, tiap komponen akan dipasang di antariksa, tepatnya di orbit geostasioner yang merupakan titik ditempatkannya Bulan tiruan tersebut.
Walau diklaim bisa menggantikan sumber energi konvensional untuk penerangan waktu malam, proyek ini disebut berbahaya. Hal tersebut lantaran pancaran gelombang mikro atau laser yang ditembakkan panel surya itu akan setara dengan cahaya Matahari di siang hari sehingga bisa mengganggu ekosistem.
Lebih parahnya, Bulan tiruan itu juga disebut bisa menjadi senjata perang. Peter Schubert dari Indiana University-Purdue University Indianapolis menjadi sosok yang mengatakan hal tersebut.
“Paparan radiasi dari laser sejauh ini berbeda dengan pendekatan dari gelombang mikro atau radio, (jika dipersenjatai) laser bisa membakar sebuah kota hingga rata dengan tanah hanya dalam hitungan menit atau jam,” ujarnya, sebagaimana detikINET kutip dari CNN, Jumat (8/3/2019).
Ia melanjutkan, sebuah satelit di orbit geostasioner mampu melihat sepertiga dari permukaan Bumi. Hal ini tentu menjadi keuntungan besar bagi pemiliknya.
“Menurut saya, tidak ada negara yang mengizinkan negara lain untuk menamparkan laser dengan daya 5 GW (di orbit geostasioner). Sebagaimana diketahui semua orang, tidak ada sistem yang tidak bisa di-hack. Laser berkekuatan besar itu terlalu berisiko untuk ditaruh di luar angkasa,” tutur Schubert.
Ucapan Schubert tentu ada benarnya. Ini jadi pekerjaan rumah untuk badan antariksa China untuk memastikan apakah proyek Bulan tiruannya ini benar-benar aman untuk Bumi serta isinya. (*/Detik)