JAKARTA – Produsen besi dan baja tergabung dalam The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) saat ini mengaku khawatir. Sebab, baja murah impor mengguyur Indonesia dan dikhawatirkan memukul industri dalam negeri.
Ketua IISIA yang juga Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan, baja impor itu bisa lebih murah 20-30% dibanding baja lokal.
“Ini kan tidak fair, industri baja tahun depan kalau tidak ada langkah konkret itu akan banyak yang tumbang. Ada satu negara. Bisa murah 20-30% tapi caranya curang,” ujarnya, di Kantor SKK Migas Jakarta, Jumat (8/11/2018).
Silmy enggan menyebut negara tersebut. Dia melanjutkan, baja itu bisa murah karena adanya tax rebate. Tax rebate sendiri merupakan potongan pajak yang diberikan untuk pengusaha yang melakukan ekspor.
Kemudian, baja itu bisa masuk dengan harga murah karena pengalihan Harmonized System (HS) Number yang merupakan standar internasional penamaan dan penomoran produk.
“Kalau masih produksi dari Jepang dan Korea bisa bersaing karena tidak ada yang melakukan pengalihan HS number,” ujarnya.
Sebab itu, dia mengapresiasi adanya nota kesepahaman yang diteken antara SKK Migas dan asosiasi.
Dalam nota kesepahaman ini keduanya merumuskan standar baja, harga yang wajar, serta waktu pengiriman untuk produk besi dan baja di kegiatan hulu migas. Sehingga, tercipta perdagangan yang lebih adil.
“Yang kita perlu lakukan, setelah ini adalah menyampaikan range harga, formula sudah sepakat. KKKS juga nanti diundang, mereka sudah aware untuk tidak lagi impor. Ini sudah terdaftar yang industri bener, kapasitas bener, bukan petualang, calo, ambil di sini,” ungkapnya.
“SKK berkepentingan dapat mutu bagus dan kontinuitas supply yang baik. Industri nasional butuh pasar sehat sehingga kompetisi sehat,” tutupnya. (*/detik)
[socialpoll id=”2521136″]