Ini 10 Faktor Penyebab Banjir Cilegon

Hut bhayangkara

*) Oleh: Ilung (Sang Revolusioner)

FAKTA BANTEN – Semakin meluasnya titik-titik banjir di Kota Cilegon dalam musim penghujan di awal tahun 2018 ini, banyak faktor yang melatari terjadinya fenomena alam ini berubah menjadi musibah yang dianggap merugikan ini.

Di mata masyarakat pada umumnya, pengertian banjir merupakan hal yang negatif. Hal ini karena banjir selalu berkaitan dengan hal-hal yang merugikan sehingga dapat disebut juga bencana alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan parah, mengahambat lalu lintas serta mandegnya berbagai aktivitas lainnya, khususnya pada daerah yang padat penduduk seperti perkotaan.

Banyak faktor yang menjadi kausalitas sebab-akibat terjadinya banjir tersebut, yang mungkin beberapa diantaranya bisa dikatakan komples untuk bisa diatasi.

Berikut ini faktor yang coba diuraikan;

1. Hilangnya Kawasan Serapan Air

Hal ini sepertinya menjadi salah satu faktor utama penyebab banjir. Hilangnya sejumlah resapan air yang berada di sebelah selatan kota tersebut yang disinyalir karena dieksploitasi untuk penambangan pasir secara besar-besaran dalam kurun waktu belasan tahun belakang atau pasca dibangunnya Jalan Lingkar Selatan (JLS).

Dengan asumsi, kondisi tanah yang sudah tidak dapat untuk menyerap air dikarenakan sudah jarang ditemukan lahan hijau pepohonan yang akarnya mampu menyerap banyak air. Sehingga air tidak terserap ke dalam tanah melainkan langsung masuk ke kali selokan, atau saluran air yang lainnya. Air yang ada dalam jumlah banyak turuk ke wilayah hilir dengan saluran yang sempit tidak dapat menampung dan menggenang maka menyebabkan banjir.

Selain itu, countur perbukitan cadas yang bisa menampung air juga hilang dan berubah menjadi gersang akibat tak henti-hentinya “diperkosa” oleh para penambang pasir. Dan parahnya, terpantau jarang pihak penambang yang enggan untuk melakukan rekondisi dengan menanam kembali pohon di lahan yang telah
dieksplotasinya.

Menurut sejarahnya, sebelum ada aktivitas tambang pasir di Cilegon, banjir di kota ini dulu tidaklah dianggap separah pada beberpa tahun belakang ini.
Hal ini juga didasari pada karakter banjir yang terjadi di beberapa titik wilayah Cilegon, meski hujan hanya turun sebentar tapi wilayah hilir terjadi banjir. Hal ini diduga berasal air kiriman dengan volume yang besar dari wilayah hulu Kali-kali di kawasan perbukitan di selatan Cilegon hingga ke Mancak Kabupaten Serang. Sehingga kebanyakan wilayah terdampak banjir Cilegon berada di wilayah hilir bantaran Kali-kali yang ukurannya terlalu sempit seperti di Ciwandan, Kawasan Pemkot Cilegon, Jombang, JLS dan sebaginya. Maka perlu kiranya pihak pemerintah dan penegak hukum untuk mengevaluasi bahkan menertibkan aktivitas tersebut.

2. Pembangunan atau Perluasan Industri

DPRD Pandeglang

Semakin pesatnya pembangunan industri tentu saja memperluas kawasan industri di Cilegon, entah atas dasar apa para konsultan tata ruang wilayah itu dulu membolehkan industri dibangun dengan mengkudeta daerah penampungan air alami seperti rawa-rawa, kubangan, hutan bakau. Bahkan lahan pertanian berupa ladang dan sawah milik penduduk. Apalagi jika pihak industri tidak mengimbanginya dengan menyediakan daya tampung air permukaan, seperti situ, tandon, embung, danau buatan dan sebagainya.

Diketahui, tidak sedikit saluran Daerah Aliran Kali (DAK) di 4 kecamatan seperti Ciwandan, Citangkil, Grogol dan Pulomerak yang melintasi dan tertutup oleh kawasan industri. Maka hal ini kiranya untuk perlu diperhatikan dengan dilakukan peninjauan dan kajian pada DAK-DAK tersebut.

Dan dalam hal ini, juga diingatkan kepada Pemkot Cilegon atau Kepala dinas LH nya itu entah paham atau tidak_akan keberadaan ruang terbuka hijau dan resapan daya tampung air di wilayah kawasan industri.

Semisal dalam amdal (analisis mengenai dampak lingkungan), mungkin pada awalnya mereka (industri) itu sesuai ruang terbuka hijaunya. Tapi bisa jadi karena ada pertumbuhan mereka menambahkan bangunan. Sehingga mengurangi wilayah resapan air dan ruang terbuka hujaunya. Hal inilah yang perlu untuk diperhatikan kembali kiranya.

Maka, para pelaku usaha di kawasan industri harus juga memikirkan untuk membantu mengurangi beban korban banjir di wilayah pemukiman dengan CSR nya. Jadi meski berpikir bisnis, pihak kawasan industri juga perlu memperhatikan lingkungan.

3. Menjamurnya Perumahan

Tidak bisa dipungkiri, banyakanya perumahan-perumahan yang terus tumbuh di Kota Cilegon ini juga bisa menjadi salah satu faktornya. Karena hampir semua perumahan di Cilegon didirikan diatas lahan pertanian seperti ladang dan sawah yang sebagaimana dijelaskan diatas fungsinya sebagai resapan dan penampung air hujan.

Maka tak heran bila di beberapa perumahan khususnya yang masih baru dihuni kerap mengeluh karena kebanjiran, sampai akhirnya dilakukan pembenahan atau penanggulangan banjir oleh pihak developer perumahan.

4. Penebangan Pohon di Perkotaan

Loading...

Sebagaimana dijelaskan diatas akan fungsi pohon sebagai penyerap air. Dan perlu kita ingat dan sadari adalah banyaknya pohon di wilayah perkotaan yang ditebangi untuk dibangun trotoar dalam waktu dua tahun belakang ini. Seperti disepanjang jalan protokol PCI hingga kawasan Seneja, Jalan Ki Wasyid dan Jalan Cilegon-Bojonegara.

Selain membuat kota menjadi gersang dan tentunya hal ini bertolak belakang dengan program Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pemkot Cilegon sendiri.
Saya kira ini juga salah satu penyebab banjir, karena akar pohon memiliki fungsi untuk menyerap air. Oleh sebab itu, jika banyak pohon yang hilang maka akan dengan mudah terjadi bencana banjir di wilayah perkotaan.

5. Buang Sampah Sembarangan

Penyebab banjir yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sampah yang dibuang sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air lainnya dapat menyumbat aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan menyebabkan terjadinya banjir.

Dan tidak sedikit aliran kali di kota ini yang dipenuhi oleh sampah yang didominasi sampah rumah tangga. Maka perlu kesadaran bersama bagi masyarakat Cilegon untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan, pihak Pemkot juga dituntut untuk bisa lebih banyak menyediakan sarana tempat dan angkutan sampah hingga ke Perkampungan.

 

6. Pemukiman di Bantaran Kali atau Aliran Air

Pemukiman yang didirikan di bantaran kali mengakibatkan sungai tersebut rentan terjadi pendangkalan. Pendangkalan yang terjadi di sungai karena kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di kiri kanan bangunan tersebut dapat saja ambles dan kemudian menutup sisi sungai. Sehingga sungai menjadi menyempit dan rawan banjir.

Dan sebagaimana di Jakarta, di wilayah perkotaan Cilegon juga sepertinya tidak sedikit warga yang tinggal di bantaran kali dengan alasan murah dan sebagainnya. Maka dalam Hal ini Dinas PUTR Cilegon harus segera melakukan normalisasi pada kali -kali yang ada di kota ini dan menertibkan bangunan liar disepanjang bantaran kali.

7. Dataran Rendah

Wilayah perkotaan Cilegon yang umumnya berkountur dataran rendah, tentu dapat menyebabkan banjir, karena sebagaimana hukum gratfitasi alam dimana luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi ke rendah sehingga dapat beresiko terkena banjir. Seperti yang terjadi pada musim penghujan tahun ini.

8. Curah hujan yang tinggi

Penyebab banjir juga disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam jangka waktu lama, memiliki resiko yang besar untuk terjadi banjir terlebih jika berada di dataran rendah.

9. Drainase yang Sudah Diubah Tanpa Memperhatikan Amdal

Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan amdal yang terlebih di lingkungan perkotaan. Seperti halnya kawasan gedung dewan dan Pemkot Cilegon yang juga kebanjiran pada musim penghujan kali ini,karena historisnya dulunya merupakan kubangan atau semacam rawa untuk penampung air yang konon dibangun KS untuk membantu mencegah atau mengurangi banjir.

Namun tanpa melebarkan saluran air di kawasan itu, kini sudah dipakai untuk membangun
gedung perkantoran atau bangunan lainnya sehingga merusak lapisan atmosfer dan akan mudah beresiko terjadinya banjir.

10 Salah Sistem Kelola Tata Ruang

Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk menyerap ke tanah serta alirannya lambat. Seperti merajalelanya pembangunan yang membirukan permukaan tanah dengan semen. Sementara sistem tata kelola ruang yang kurang sigap, membuat air yang datang ke wilayah Cilegon yang jumlahnya lebih banyak dari biasanya dialirkan, sehingga dapat dengan cepat terjadi banjir.

Dengan mengevaluasi 10 faktor diatas, semoga bisa menjadi bahan intropeksi bagi kita semua untuk melakukan perbaikan pada sarana dan yang lebih penting tentu perbaikan prilaku kita.

Dan yang perlu menjadi perenungan kita bersama adalah, pada dasarnya hujan tidaklah identik dengan banjir yang kita anggap musibah. Hujan juga membawa berkah bagi tanah, bagi hewan, tumbuhan serta manusia. Karena bagaimanapun juga air adalah salah satu sumber kehidupan. Jadi musibah atau berkah tergantung konteks kita memaknai mashlahat dan mudhorotnya. (*/Red)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien