Kapal Induk Amerika Serikat di Selat Sunda, Ada Apa?
CILEGON – Armada kapal induk Amerika Serikat, Carl Vinson (CVN-70) melewati Selat Sunda, Indonesia menuju Semenanjung Korea. Sejatinya, mereka berlayar ke Australia, namun berbelok arah dari Singapura kemudian ke Pasifik Barat.
Carl Vinson dikawal oleh dua kapal perusak, USS Wayne E. Meyer dan USS Michael Murphy, dua kapal selam, serta kapal penjelajah USS Lake Champlain.
Kapal induk yang berada di bawah Komando Armada Pasifik AS (USPACOM) ini berjarak 3.500 mil dari wilayah perairan Indonesia pada Sabtu lalu, 15 April 2017, dan akan melakukan perjalanan empat sampai lima hari untuk mencapai semenanjung.
Menurut Juru Bicara USPACOM, Dave Benham, pengerahan kekuatan tempur ini merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga kesiagaan di wilayah tersebut.
“Korea Utara terus menjadi ancaman nomor satu terkait program uji coba rudal mereka yang gegabah, tidak bertanggung jawab dan mengakibatkan ketidastabilan kawasan. Mereka tetap ngotot mengejar kemampuan senjata nuklir,” kata Benham, seperti dikutip situs South China Morning Post, Selasa (18/4/2017).
Ia juga mengungkapkan, Armada Pasifik AS diperintahkan untuk ‘mengamankan’ kepentingan dan sekutu Washington di Pasifik Barat. Pakar angkatan laut dari China, Li Jie mengatakan, pengerahan gugus tempur armada Carl Vinson, justru semakin menambah ketegangan di Semenanjung Korea.
“Jelas sekali bahwa ini merupakan taktik intimidasi yang diadopsi oleh pemerintahan Trump untuk memaksa Kim Jong-un (pemimpin Korea Utara) melakukan aksi nekat,” papar Li.
Menurutnya, taktik seperti ini merupakan kesukaaan Trump, tetapi ia tidak berpikir bahwa itu adalah cara terbaik untuk menyelesaikan krisis nuklir di Semenanjung Korea.
“Taktik itu tidak berpengaruh, karena Kim tidak akan berkompromi dengan ancaman. Dia ingin mendapatkan beberapa janji pragmatis dari Amerika Serikat, China dan Rusia, untuk mengamankan rezimnya,” terangnya.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump sudah mengatakan, AS siap bertindak sendiri untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. (*)
Sumber: Viva.co.id