Komisi II DPRD Cilegon Segera Sikapi Info Adanya Sekolah yang Mewajibkan Beli LKS

Sankyu

CILEGON – Mencuat isu soal diwajibkannya para siswa di Sekolah SD hingga SLTA di Kota Cilegon untuk membeli buku Lomba Kompetisi Siswa (LKS) yang diungkapkan Direktur Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK), Luthfi Abdullah beberapa hari yang lalu, mendapatkan respon serius dari anggota DPRD Kota Cilegon.

Informasi soal banyaknya orangtua siswa yang mengeluh karena merasa keberatan dengan biaya sekolah anaknya, dalam hal membeli LKS senilai ratusan ribu rupiah, ternyata juga diserap oleh anggota Komisi II DPRD Cilegon, Muhammad Ibrohim Aswadi

Dewan M Ibrohim Aswadi menyatakan, pihaknya merasa terpanggil dengan keluhan masyarakat terkait dunia pendidikan. Untuk itu, pihaknya ingin mengundang lembaga LPK dan mengungkap di sekolah mana saja yang memaksa siswa untuk membeli LKS dan juga buku.

“Kang Luthfi (LPK) sudah kita hubungi untuk mendapat data sekolah mana saja, minimal 3 sekolah untuk kita lakukan Sidak. Kita masih menunggu,” ujar Ibrohim kepada awak media, di Ruang Komisi II DPRD Cilegon, Jum’at (17/1/2020).

Menurut pria yang akrab disapa Kang Bobi ini, pihaknya akan segera meminta klarifikasi kepada Dinas Pendidikan, terkait adanya informasi dari masyarakat mengenai di sekolah mana saja yang diketahui para siswanya diwajibkan untuk membeli LKS dan buku.

Sekda ramadhan

“Ini sudah jadi pembahasan di Komisi II. Saran saya sih, silahkan masyarakat atau melalui lembaga mengajukan hearing ke Komisi II, biar jelas permasalahannya. Ya dalam waktu dekat ini akan kita panggil Kadisnya,” tegasnya.

Keluhan soal besarnya biaya sekolah juga diutarakan oleh orangtua siswa yang mengaku tidak berani menyebutkan identitasnya dan nama sekolahnya. Namun orang tua siswa itu mengaku masih berupaya bersabar karena belum adanya tagihan dari pihak sekolah.

“Saya juga ngeluh sampai sekarang saya belum bayar Rp 3 juta untuk buku paket sama LKS doang itu. Anak saya kalau tidak dibelikan bisa minder, makanya pusing,” ungkapnya.

Ia juga mengaku selama ini strategi sekolah dalam menjual buku, adalah dengan membuat tameng koperasi.

“Tapi untungnya sekolah tidak nagih, kalau nagih barusan tak hantem, saya kan hutangnya di koperasi bukan di sekolah. Kalau sekolah nagih apalagi sampai nahan rapot, tak hajar. Sekolah mau jadi debtcolektor koperasi tah?” keluhnya. (*/Ilung)

Honda