Masyarakat Desak Pemkot Cilegon Pasang Palang Pintu di Perlintasan Kereta
CILEGON – Seringnya kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang pintu yang banyak terdapat di Kota Cilegon, hal ini mendapat sorotan tajam dari elemen masyarakat, dan mendesak Pemkot Cilegon untuk segera bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, untuk memasang palang pintu di sejumlah titik lokasi.
Seperti diberitakan faktabanten.co.id sebelumnya, dalam sepekan ini sudah ada dua insiden mobil tertabrak kereta api di perlintasan tanpa palang pintu.
Selain kecelakaan pada hari Sabtu (13/1/2018) sore kemarin yang menyebabkan korbannya mengalami luka-luka. Pada tanggal 7 Januari 2018, mobil warga Ketileng juga mengalami hancur body depannya dihajar kereta api di kawasan Link Sukmajaya Rel, Kelurahan Sukmajaya, beruntung dalam kejadian ini korban selamat karena langsung keluar dari dalam mobilnya.
Menyikapi persoalan ini, Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Cilegon angkat bicara, meminta kepada pihak terkait untuk segera memasang palang pintu di setiap perlintasan kereta api di Kota Cilegon.
“Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Berkaca dari kasus kecelakaan Kang Ustadz Hafid kemarin dan kecelakaan yang sudah sangat sering terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Kota Cilegon ini, kami kira perlu bagi PT KAI untuk menetapkan standar prosedur operasional. Palang pintu itu sebenarnya tanggung jawab PT KAI apa Pemerintah Daerah setempat? Kalau memang tanggung jawab Pemkot, kenapa terus dibiarkan sementara korban terus berjatuhan,” kata Asep Awalludin, Penasihat GP Ansor Kota Cilegon, Minggu (14/1/2018).
Selain itu, Asep juga mendesak pihak terkait untuk segera menginventarisir perlintasan kereta api di Cilegon yang tak berpalang pintu dan segera melengkapinya. Yang menurutnya, perlintasan tanpa palang pintu berarti pula tak berpenjaga dan itu artinya tak ada yang membunyikan sinyal peringatan.
“Kami mendesak Pemkot Cilegon berkoordinasi dengan PT KAI untuk pembuatan palang pintu perlintasan ini segera. Jika ide pembangunan fly over atau underpass sebagai solusi masih sulit terlaksana, minimal jangan biarkan ada perlintasan kereta yang tak berpenjaga dan tanpa palang pintu. Dan akan lebih baik kalau PT KAI mewajibkan setiap stasiun untuk secara periodik memeriksa kondisi palang pintu perlintasan di sekitarnya, sehingga jika terjadi masalah, semisal agak macet, bisa segera diatasi,” tegasnya.
Asep berharap ada evaluasi dan segera ada solusi dari persoalan ini dan kecelakaan di perlintasan tanpa palang pintu ini bisa dihindari kedepannya.
“Semoga kecelakaan seperti kemarin tak terulang lagi. Semoga kang Ustadz Hafid dan keluarga diberikan ketabahan dan keikhlasan menerima cobaan ini. Bagi instansi yang terlibat, bukan saatnya saling menyalahkan atau membenarkan pihaknya sendiri. Lebih baik segera merapatkan barisan, mengevaluasi yang terjadi dan segera mencari solusi terbaik dan tercepat,” tandasnya. (*/Ilung)