Mengenal Sendratari Geger Cilegon, Sebuah Kolosal di Pembukaan Cilegon Fest 23

 

CILEGON– Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Cilegon turut andil meramaikan Cilegon Fest 23 yang berlangsung di Alun-alun Kota Cilegon, Minggu Malam (7/5/2023).

Cilegon Fest sendiri merupakan rangkaian HUT Kota Cilegon ke 24 tahun sekaligus menyambut 25 kepada daerah (Walikota) peserta Rakorkomwil III Apeksi di Kota Cilegon.

Disporapar Kota Cilegon pada event tersebut mempersembahkan Sendratari kolosal yang menceritakan asal mula Kota Cilegon.

Mulai dari terbentuknya asal usul kota Cilegon, sejarah geger Cilegon hingga sekarang.

Kabid Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disporapar Kota Cilegon, Neli Evalinda, mengatakan bahwa Sendratari tersebut dipersembahkan dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Cilegon yang ke-24 sekaligus juga memberikan atraksi hiburan bagi masyarakat dan para tamu undangan termasuk pula beberapa Kepala Daerah (Walikota) yang mengikuti acara Rakorkomwil III Apeksi di Kota Cilegon.

DPRD Cilegon Anti Korupsi

“Peristiwa Geger Cilegon tersebut telah menginspirasi tokoh masyarakat Cilegon lainnya yakni Ki Arsyad Thawil yang dengan gigih berjuang melakukan perlawanan terhadap penjajahan asing yang telah mengakibatkan banyaknya penderitaan bagi rakyat,” ujar Evalinda saat di temui di lokasi acara.

Setelah pertunjukan sendratari kolosal yang menampilkan sejarah Kota Cilegon, acara dilanjutkan dengan pertunjukan kostum Cilegon Ethnic Carnival.

Salah satu kostum Cilegon Ethnic Carnival yaitu kostum Industri merefleksikan bahwa setelah masa kemerdekaan, Cilegon tumbuh dan berkembang sebagai kota industri yang diawali dengan pendirian proyek baja Trikora pada tahun 1962 yang kemudian berubah menjadi PT. Krakatau Steel pada tahun 1970.

“Dengan banyaknya pabrik-pabrik yang berdiri pada masa sekarang ini, maka membuat Cilegon mendapat sebutan sebagai kota industri. Dan sebagai konsekuensinya, Kota Cilegon tumbuh menjadi kota heterogen dikarenakan banyak pendatang dari berbagai etnis atau suku bangsa tinggal dan bekerja di kota ini,” paparnya.

Selain itu, ditampilkan pula beberapa kostum CEC lainnya yang mewakili ikon-ikon khas dari Kota Cilegon serta daerah atau etnis lainnya antara lain yaitu Kostum Golok, Garuda, Madat Pakubumi, Lesung Batik, Minang, Minahasa, Kuda Lumping, Bali, serta Fenghuang Queen.

“Perbedaan etnis bukanlah suatu masalah karena selama ini masyarakat Cilegon senantiasa hidup rukun dan damai dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika,” tutup Evalinda. (*/Nas)

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien