Persaingan Tarif Hotel Bintang dengan Kelas Melati Dikeluhkan Pengusaha

CILEGON – Semakin banyaknya hotel-hotel baru bertaraf Bintang, yang semakin tumbuh di Kota Cilegon membuat hotel-hotel lama yang sudah berdiri sejak puluhan tahun silam mengaku terkena dampak berupa penurunan tingkat hunia yang diprediksi mencapai 50%.
Seperti yang dialami Hotel Sukma, hotel kelas Melati 3 yang berada di Jalan Protokol Kota Cilegon atau di Kelurahan Sukmajaya Kecamatan Jombang ini, sejak awal berdiri hanya 5 kamar, namun seiring berkembangnya bisnis dan kemajuan Kota Cilegon, hingga kini Hotel Sukma sudah memiliki 50 kamar.
Diakui Haji Subhi, salah satu owner Hotel Sukma, bahwa lesunya tingkat hunian di hotelnya dimulai baru-baru ini sejak mulai tumbuhnya hotel-hotel baru di Cilegon.
“Turunnya lumayan sejak banyaknya hotel-hotel baru di Cilegon, mereka kan marketnya bagus dengan konsep hotel bintang, sedang harga tidak berbeda jauh. Di Hotel Sukma harga menginap Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu. Sedang mereka termurah Rp 350 ribu,” kata Haji Subhi kepada awak media Rabu (17/1/2018) siang.
Pihaknya juga menyayangkan ketidak jelasan regulasi dari Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang tidak mengatur tarif kamar, dan standarisasi kelas hotel. Sehingga ini menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat dari soal tarif kamar dan pelayanan.
“PHRI seharusnya menjembatani dan mengatur standarisasi harga. Seperti kita di kelas hotel Melati 3, mereka yang kelas Bintang harusnya lebih dari kita tarifnya. Tapi kenyataannya ada hotel kelas bintang tapi banting harga dibawah kita (Hotel Sukma-red),” jelasnya.
Ketika disinggung apakah ada keterkaitan image negatif pengaruh dari keberadaan tempat hiburan malam yang marak di Cilegon, Haji Subhi menampiknya, karena justru manajemennya melakukan prefentif dari pasangan yang tidak resmi masuk ke hotelnya.
“Tidak juga sih, cuma image negatif kalau ada wanita menginap di hotel itu masih ada. Tapi kita cegahlah hal-hal semacam itu,” tegasnya.
Selain faktor dari hotel-hotel baru berbintang yang mengurangi jumlah pengunjung hotel, bisa jadi ini disebabkan karenakan belum kunjung berkembangnya pariwisata di Kota Cilegon yang seolah jalan di tempat.
Sejauh ini, hotel-hotel di Cilegon diisi oleh para pelaku bisnis maupun juga kegiatan-kegiatan pemerintah setempat. (*/Ilung)