CILEGON – Gelar Pertukaran Budaya Tradisional Korea – Indonesia yang digelar PT Krakatau Posco di Convention Hall The Royale Krakatau pada Sabtu (18/1/2020) sore tadi, menyisakan tanda tanya dari para tamu undangan yang hadir.
Pasalnya, sebagian masyarakat Kota Cilegon yang hadir menilai penampilan seni budaya tradisional tersebut didominasi budaya Korea, ketimbang budaya Indonesia khususnya budaya Banten.
Seperti dituturkan Andri salah seorang penonton yang hadir. Menurutnya, budaya yang ditampilkan dalam gelaran pertukaran budaya tradisional Korea – Indonesia kali ini, hanya menampilkan tiga kesenian tari dari Indonesia, sedangkan budaya Korea ada sebanyak 10 penampilan.
“Ini mah namanya bukan pertukaran budaya, tapi memaksa penonton agar mencintai seni dan budaya Korea, seharusnya kalau pertukaran budaya harus berimbang penampilanya dong, atau minimal sama,” kata Andri dengan nada kesal.
Senada juga dikatakan Rohmat. Menurutnya Krakatau Posco sebagai perusahaan patungan BUMN Korea-Indonesia, harus bisa lebih menghargai budaya Indonesia sebagai tuan rumah.
“Coba bayangkan yang ditampilkan dalam pertukaran budaya itu kebanyakan seni budaya Korea, sementara yang nonton itu anak-anak kecil (siswa SD), saya khawatir apa yang disuguhkan itu membawa dampak negatif, sehingga anak tersebut lebih mencintai budaya Korea dari pada budaya kearifan lokal,” katanya.
Nelly Evalinda selaku Kepala Seksi Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Cilegon juga mengatakan hal yang senada. Dia pun memperhatikan bahwa penampilan pertukaran budaya kali ini memang lebih didominasi seni budaya tradisional Korea, dari pada seni budaya Indonesia.
“Memang dalam penampilan kali ini yang ditampilkan kebanyakan budaya Korea dari pada budaya Indonesia, saya berharap pertukaran budaya di tahun berikutnya minimal yang ditampilkan seimbang,” kata Nelly.
Sementara itu, Wisnu Kuncara selaku Corporate Secretary PT Krakatau Posco, menjelaskan bahwa konsep acara sepenuhnya dijalankan oleh Event Organizer (EO).
Wisnu juga mengaku bahwa usulan sudah disampaikan kepada EO agar menampilkan budaya Indonesia lebih banyak. Namun kebijakan yang menentukan tampilnya itu ada pada pimpinan.
“Untuk tahun berikutnya saya akan mendorong agar budaya yang ditampilkan harus berimbang, tidak semuanya didominasi seni budaya tradisional Korea,” ujar Wisnu. (*/RedRT)